Selanjutnya pada tahun 1982 Senna pindah ke open wheel di ajang formula 3, serta memenangkan musim balapan  formula 3 tahun 1983 di Inggris.
Lalu, pada tahun 1984 Tim Toleman-Hart F1. setahun gabung dengan tim medioker itu, Senna loncat ke tim yang lebih mapan, Lotus. di Tim asal asuhan Collins Chapman itu Senna bertahan sampai dengan tahun 1987.Â
Tahun 1988 merupakan titik balik dari akrier Senna di ajang paling bergengsi dan glamour di planet ini. dia di kontrak McLaren bermesin honda.
Pada tahun tersebut SEna berhasil menjadi juara dunia Formula 1. Pada tahun 1989 Senna harus rela menyerahkan gelar juara dunia pada Alain Prost, rekan setim-nya.Â
TahuN 1990 Senna merebut kembali mahkota juara dunia, berturut-turut hingga tahun 1991. Dua tahun berikutnya mesin Mugen Honda kurang kompetitif menyokong laju Sasis McLaren berkode MP4.Â
puncaknya pada tahun 1993 Honda hengkang dari kancah Formula 1, dan Senna turut pindah ke tim William pada tahun 1994. Di Tim asuhan Frank william inilah kelak nyawa Senna terenggut.
Well, mungkin nama Senna tidak 'se-legend' Michael Schumacher. Karena jumlah kemenangan Senna tidak sebanyak Schumi. Harap dicatat, Senna membalap hanya walam kurun waktu 10 tahun antara tahun 1984 sampai dengan 1994 hingga ajal menjemput.Â
Tidak pula se-flamboyant James Hunt atau sebandel Eddie Irvine. Perlu diketahui, di Formula 1, mencolok tidaknya pembalap bukan hanya dipengaruhi oleh prestasi, tapi juga sensasi. Artinya ada beberapa sosok pembalap yang sensional, suka bikin sensasi diluar prestasi membalapnya. Salah satunya ya Eddie Irvine itu.
Senna bukan orang seperti itu. Sebagai seorang pemeluk Katolik Senna cenderung religius. Walau disisi lain bertemperamen tinggi. Hal ini dibuktikan ketika dia  'memperkenalkan' Upper Cut diluar ring tinju kepada Michael Schumacher. Kejadian itu sebetulnya akumulasi kekesalan Senna terhadap pembalap Jerman yang kelak juga melegenda itu.
Dimulai dari Sirkuit Magny Cours, Perancis, waktu mereka terlibat kecelakaan. Sebenernya di sirkuit tabrakan adalah hal biasa, kalau nggak nabrak ya ditabrak, kalau gak dilibas ya melibas.
 Masalahnya jadi lain ketika Senna menyimpan sentimen pribadi. Senna tidak suka gaya membalap Schumy yang cenderung membahayakan pembalap lain dan terkesan curang.