Saat emosi Karin tak terkendali, dari pintu besi Lapas muncul sesosok lelaki setengah baya. Wajahnya masih tampak tampan. Postur yang tinggi besar tampak gagah. Matanya tajam, menghiasi wajah yang sebenarnya kalem.
" Pak Iwan.." Yang berucap Andre.
" Ya pak, saya?" Lembut banget suara itu.
Bagai kena sengat listrik ribuan watt, Karin tercekat. Tangannya berusaha mencari seuatu untuk digenggamnya, untuk sekedar meyakinkan bahwa dia kuat.
" Putri bapak sudah menunggu, " Andre menunjuk Karin.
Pak Iwan diam, tak mampu bergerak dari tempatnya berdiri. Bibirnya bergerak-gerak. Tapi tak ada suara apapun.
Tetiba Karin menghambur memeluk papanya.
" Paa.."
Segenap yang hadir tak bisa menahan haru menyaksikan drama bapak-anak tersebut, " Rin, kamu karin?"
Pak Iwan memegang pundak Karin dan menatap matanya dalam-dalam.
Karin Cuma mengangguk. Pak Iwan mendekap Karin di dada bidangnya. Alan tak mau terlihat cengeng. Dia beringsut ke sudut ruangan.
Alan memainkan gitar yang ada disudut ruangan, menyanyikan Dance with my father
" Back when I was a child, before life removed all the innocence
My father would lift me high and dance with my mother and me and then
Spin me around 'til I fell asleep
Then up the stairs he would carry me"