Menanggapi tingginya angka kecelakaan yang menimpa pemudik motor, pihak ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) sesuai merek kendaraan  menyediakan fasilitas mudik gratis. Bahkan dengan membawa motornya untuk diangkut menggunakan mobil khusus.
Semua demi pemudik. Masalahnya tiap tahun jumlah pemudik meningkat. Tiap arus balik juga bertambah jumlahnya. Tiap tahun seperti itu. Tiap tahun masalah sosial di Jakarta kian bertambah dikarenakan pendatang-pendatang baru 'bawaan' pemudik ini.
Dengan segala mimpi tentang Jakarta yang indah-indah tentang Jakarta. Dengan segala angan dan cita-cita yang selama ini terpendam. Tentang gemerlapnya ibukota. Arus urbanisasi semakin tahun semakin deras.
Dahulu, banyak banget Film atau apapun yang menggambarkan betapa keras ibukota. Saya masih inget ada Film yang dibintangi Ateng, Ishak, dan Bagio (Ketiganya komedian kawakan) yang berjudul ' Kejamnya Ibu Tiri tak sekejam Ibukota'.
Film tersebut menyampaikan pesan bahwa nggak gampang hidup di Jakarta. Jakarta ini keras...!
Tapi toh orang nggak berfikir sejauh itu.
Mereka melihat bahwa Jakarta itu Indah, Glamor, megah!
Lalu yang salah siapa?
Rakyat ini kan sekedar cari makan, mengamankan masalah lambung agar produksi asam lambung nggak meningkat gara-gara sering menahan lapar. Hanya masalah perut. Nggak salah kalau berusaha. Toh Jakarta milik seluruh Warga Negara Indonesia.
Tapi kalau pembangunan merata, saya rasa laju Urbanisasi bisa ditekan. Saya yakin membludaknya jumlah kaum Urban tak lepas dari sistem sentralisasi Ekonomi yang secara langsung atau tidak, diterapkan oleh pemerintahan Orde bagus. Eh, salah! Orde Baru maksudnya.
Kok Orde baru yang disalahkan ?
Habis, mau menyalahkan siapa? Mau bertanya siapa? Mau tanya pada Rumput yang bergoyang? Nggak mungkin, itu hanya ada dalam lagu...