Mohon tunggu...
Husen Muhammad Ikhwan
Husen Muhammad Ikhwan Mohon Tunggu... -

Abdi Negara

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kita Semua Bersaudara (Tanggapan atas Tulisan Saudara Adi Pribadi "Saat Keadilan Terusik, Penerimaan Negara Terancam")

10 Februari 2014   10:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:59 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun saya bukanlah oknum yang disebut dalam tulisan saudara Adi Pribadi di Kompasiana, tanggal 5 Februari 2014 yang berjudul “Saat Keadilan Terusik, Penerimaan Negara terancam”, namun sebagai sesama pegawai yang bekerja di DJP saya berkepentingan untuk memberikan tanggapan agar ada informasi yang seimbang bagi masyarakat umum .

DJP merupakan organisasi besar dengan jumlah pegawai kurang lebih 32 ribu yang 80 % nya merupakan orang dari pulau jawa serta mempunyai fungsi menghimpun penerimaan Negara sebanyak- banyaknya. Sekitar 70 % pembiayaan Negara menjadi tanggung jawab kita sebagai pegawai DJP. Ini bukan tugas main – main saya kira sehingga dibutuhkan totalitas, militansi dan keikhlasan kita sebagai pegawai DJP dalam bekerja sehingga target yang dibebankan kepada kita bisa tercapai.

Saya dapat memahami sepenuhnya apa yang menjadi “tuntutan” dan “kegelisahan” saudara Adi Pribadi. Saya merasakan sendiri bagaimana rasanya jauh dari keluarga sampai sekarang. Setiap bulan saya harus bolak- balik Jakarta – Semarang karena anak istri tercinta saya masih di kampung halaman. Uang habis buat nyicil pesawat yang tak kunjung lunas juga. Rumahpun masih menumpang orang tua. Sementara di sisi lain teman- teman seangkatan yang ditempatkan di homebase sudah bisa nyicil rumah dan bahkan juga mobil. Tentu saja hal ini  kadang mengganggu pikiran saya.

Saya juga sangat mengapresiasi keberanian saudara Adi Pribadi dalam mengungkapkan isi hati, “tuntutan” dan “kegelisahan”. Hanya mungkin sedikit masukan dari saya agar hal- hal seperti itu bisa disampaikan secara lebih santun dan bermartabat, menjunjung tinggi adat dan budaya Timur. Kita harus bijak dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul, kita punya hati dan akal. Dan inilah yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain.

Bukankah lidah atau dalam hal ini pena bisa lebih tajam daripada pedang??Kemuliaan manusia juga diletakkan Tuhan pada lidah masing- masing. Oleh karenanya kita harus hati- hati menggunakan lidah ataupun dalam hal ini pena. Sebagaimana kata Almarhum Zainuddin MZ yang intinya kalau Sakit di badan gampang dicarikan obatnya, sakit hati hendak cari obat kemana.

Di Era Reformasi seperti sekarang ini, keterbukaan tentu saja menjadi keinginan kita semua, keterbukaan dalam segala hal bukan hanya urusan mutasi ansich. Semurni dan sejujur apapun sebuah proses ketika dilakukan secara tertutup, memang akan mengundang kecurigaan. Hal ini juga saya yakin sudah menjadi “cara pandang” Bapak dan Ibu pengambil keputusan di Instansi kita. Dan ini bisa kita rasakan bahwa sedikit demi sedikit semua proses bisnis yang terjadi di Instansi kita mengalami perubahan menuju keterbukaan. Baik yang menyangkut pihak eksternal dalam hal ini Wajib Pajak maupun pihak internal dalam hal ini Kepegawaian. Merubah sebuah system tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan, semua butuh proses.

Berdasarkan data sebagaimana saya sebutkan di atas bahwa 80 % dari 32 ribu pegawai DJP adalah orang- orang jawa, maka “tuntutan” untuk semua pegawai bisa di-homebase-kan tentu saja bisa dikatakan sebagai “tuntutan” yang tidak make sense dan tidak realistis. Dengan 80 % pegawai merupakan orang dari pulau jawa, maka Kantor Pajak di Pulau Jawa akan overload sementara Kantor Pajak di luar jawa akan kekurangan pegawai.

Tapi saya tegaskan bahwa Saya tidak bilang bahwa saudara Adi Pribadi tidak masuk akal tuntutannya, mungkin saja yang bersangkutan sedang terbawa emosi sesaat sehingga menulis seperti itu. Sudah lama tidak bertemu sanak famili mungkin, di tambah lagi melihat SK mutasi yang menerut versi yang bersangkutan tdk mcerminkan keadilan sehingga meledaklah emosi tersebut. Memang menurut penelitian bahwa seseorang yang yang dalam jangka waktu lama tidak bertemu keluarga sangat dekat dengan sakit secara psikologis.

Yang terpenting menurut saya adalah bagaimana para pegawai yang tidak ditempatkan di homebase ini diperhatikan kesejahteraannya. Saya sering mendengar teman- teman seangkatan saya yang kebetulan ditempatkan di luar jawa ada yang hanya bisa ketemu anak istri setahun sekali karena harga tiket yang demikian mahalnya dan biaya hidup yang demikian tingginya.

Bapak dan Ibu pengambil keputusan di instansi kita juga saya yakin tidak menutup mata dengan realitas ini, makanya kita pernah dengar mengenai usulan untuk adanya COLA (Cost Of Living Adjustment) atau dalam bahasa lain tunjangan kemahalan dan juga usulan mengenai tunjangan transportasi bagi temen- temen di luar homebase. Kita berdoa saja dan pimpinan- pimpinan kita terus mendorong agar usulan- usulan yang sudah diajukan itu bisa segera disetujui dan direalisasikan. Sehingga temen- temen yang tidak di homebase tidak perlu lagi pusing memikirkan tiket pesawat yang mahal dan biaya hidup yang tinggi dan pada akhirnya juga bisa mulai mencicil rumah ataupun mobil..(hehe..duh bahagianya kalau bisa, tidak perlu numpang ortu lagi deh gue terlebih mengurangi orang sakit secara psikologis).

Beberapa hari terakhir juga kabar mengenai naiknya tunjangan di Instansi kita semakin berhembus kencang, semoga ini benar adanya dan segera terealisasi. Ini menjadi bukti bahwa Bapak dan Ibu pimpinan di Instansi kita peduli dan perhatian terhadap kesejahteraan dan nasib kita.

Kita semua bersaudara, sudah menjadi kewajiban untuk saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan. Tentu saja di lakukan dengan cara- cara yang baik pula. Nasehat, kritik , saran, masukan juga hendaknya disampaikan dilandasi dengan logika yang masuk akal dan fakta yang valid. Sehingga tidak menimbulkan fitnah dan sakita hati yang ujungnya adalah permusuhan. I Love You All…

Kepada saudara Hendra Mahendra Imawan yang memberikan respon atas tulisan saudara Adi Pribadi dalam tulisannya di Kompasiana, saya sampaikan terimakasih. Tapi disini juga saya mau sampaikan bahwa apa yang sedang terjadi tidak “sengeri” apa yang anda khawatirkan dalam tulisan anda “Respon Atas Tulisan Saudara Adi Pribadi (Saat Keadilan Terusik, Penerimaan Negara Terancam)”. Kami pegawai DJP akan sekuat tenaga dan dengan ikhlas bekerja untuk mencapai target penerimaan yang dibebankan kepada kami, dan kami yakin pimpinan kami sangat memperhatikan kesejahteraan dan nasib kami.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun