Siapa sangka, siapa kira, perbincangan mengenai korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan ternyata telah lama diperbincangkan di Indonesia.
Telah berapa lama? Mungkin tidak ada yang tahu tepatnya berapa lama penyakit itu menjangkit di negara kita tercinta semua. Tapi, salah satu bukti nyatanya ada di antara kita, dalam tulisan seseorang penulis bernama Eduard Douwes Dekker penulis novel berjudul Max Havelaar. Bukunya dikenal dan disebut-sebut fenomenal, mengubah Indonesia, memecah kolonialisme. Tapi, seberapa banyak orang Indonesia kini yang membaca buku tersebut?
Buku tersebut menjelaskan bagaimana kesewenangan baik dari kelompok penjajah dan kelompok pejabat "pribumi" seperti bupati, seringkali memanfaatkan kekuasaannya sesuka hati. Memeras tenaga, merampas harta, juga hal-hal lain yang memicu masyarakat sengsara. Dalam bukunya, diungkapkan pula bahwa tidak jarang, perilaku korupsi tersebut dilakukan hanya demi memenuhi nafsu manusia semata. Pamer, sombong, apapun itu yang intinya memenuhi kehidupan materialistis. Dan bagi masyarakat yang tak setara dengan dua kelompok tersebut, perlawanan artinya maut atau sengsara di depan mata.
Apakah hal-hal yang disebutkan tadi terdengar familiar, terdengar tidak aneh, dan bahkan terasa hingga saat ini? Mungkin. Hanya saja, ada bagian, bentuk, dan jenis yang berbeda-beda. Cara dilakukannya, mungkin semakin cerdas, semakin senyap, dan membuat kita menderita tanpa sadar.
Max Havelaar telah diterbitkan berpuluh-puluh tahun yang lalu. Namun, kenyataan korupsi diantara kita tetap menjadi hantu yang tak kunjung usai. Mungkinkah korupsi hari ini lebih buruk dibandingkan yang lalu? Mungkinkah korupsi yang lalu lebih buruk daripada korupsi hari ini? Mungkinkah korupsi itu akan hilang di negara ini? Atau mungkin memang tak bisa hilang sama sekali?
Kalau memang tidak mungkin hilang, bisakah setidaknya korupsi berkurang dan hanya dalam skala yang kecil? Dan apakah memang itu hal yang baik?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI