Mohon tunggu...
Akhmad Husaini
Akhmad Husaini Mohon Tunggu... Administrasi - Ditakdirkan tinggal di Selatan : Desa Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Memiliki kesenangan jalan-jalan, membaca, dan menulis.

Terus menuliskan sesuatu yang terlintas, dengan pantas, tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Memanen Padi di Putat

1 Mei 2015   18:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Libur hari Jum’at (01/05/2015) saya manfaatkan untuk membantu orangtua. Pagi-pagi saya sudah pergi ke sawah, tepatnya sekitar pukul 07.30 WITA. Sawah yang saya tuju ada di Putat. Jaraknya sekitar satu kilometer dari rumah saya. Kesana saya berjalan kaki. Melewati jalan berbatu, belum bersapal. Yang dulu merupakan lintasan kereta pada zaman penjajahan Jepang. Dinamai warga dengan Timbuk Ril.

Kurang lebih sepuluh menit berjalan kaki saya sampai. Areal sawah yang dimiliki keluarga kamisekitar 10 burungan luasnya. Terlihat sudah ada padi yang dipanen oleh ibu saya beberapa hari sebelumnya. Saya melanjutkan saja. Tapi banyak yang belum selesai.

Dengan mengucap Basmalah saya mulai memanen padi kali ini dengan harit. Di tempat lain tak berapa jauh dari sawah saya, ada yang mambilupah memanen padi milik Aluh Wahid. Ada sekitar 5 orang. Rata-rata saya kenal wajah dan namanya. Kami saling bertegur sapa, sembari terus maharit.

Padi yang saya panen tumbuhnya terlihat kurang bagus. Mungkin karena diserang bilahu (hama wereng) atau kurang pupuk. Tapi syukurlah masih bisa dipanen. Seperti biasa padi yang dipanen terlebih dahulu diletakkan di atas batang padi yang telah dipotong. Untuk kemudian bila sudah selesai memanen diangkut ke tempat penumpukan padi. Nanti bila tuntas semuanya akan di runtuk.

Namun karenapendanaan yang terbatas semuanya dikerjakan sendiri. Jadi perlu waktu lama untuk menghasilkan gabah yang akan siap digiling atau dijual ke pambalantikan banih. Kalau orang lain yang punya dana berlebih tinggal diupahkan saja. Jadi beres sampai ke rumah. Semuanya ditangani oleh orang lain.

Walau begitu keluarga kami sangat menikmati proses ini. Walaupan lambat tapi inilah usaha yangbisa dilakukan. Padi tetap bisa dibawa pulang ke rumah meski dengan proses yang cukup panjang. Butuh waktu lama. Tenaga yang terkuras. Rela berpanas matahari pagi dan sore. Rela berkumang lumpur. Itu semua untuk menikmati hasil yang maksimal. Menikmati jerih payah selama ini yang dilakukan.

Pukul 11.00 WITA saya pulang ke rumah. Karena hari ini hari Jum’at. Jadi sempat pulang ingin menunaikan kewajiban mingguan umat Islam yang laki-laki yakni shalat Jum’at. (akhmad husaini)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun