Rindu nasi kuning masak habang
jua luntung iwak haruan
seperti dulu yang pernah ada
jangan terpana dengan dunia
Menebar renungan panjang yang hambar
sunyi kelam malam yang intim
besok pagi aku harus datang lebih awal
agar semua bisa saling menjejak
Aku akan terus berbakti kepada kuitanku
yang selalu setia sejak kecil
terus memburu mimpi  mimpi terindah
punya nama taburan sendiri yang kian nyata
tak harus saling mengakui
Rindu lewat Tawia Buntut terus ke Wawaran
ingin beli tahu yang mentah
untuk nanti disanga di rumah
lalu dinikmati bersama sama
Koridor waktu makin jengah
terus menulis jangan sampai kalah
aku memang tak bisa seperti mereka
pemukim sunyi merenda sahara
Terjal batas mengungkit kualitas
ingin yang terbaik mendekam tuntas
empati sepenuh angkuh rambatan saling mengeluh
sejak pagi merembes pasukan berpuluh puluh
pemukim sunyi dalam nyanyian lagu kerontang
Kandangan, 1 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H