Mengurai tabiat rasuk belenggu terpaan
cerita penuh kecamuk suntuk ada banyak hal
cinta penuh harap menderap entah harus berbagi
aksi menimpa lindap ihwal pendaran sembilu
ingat seloka semarak berbalut rentang firasat menuai ego prahara semangat seperti dulu
Katanya hadir merasa siapa dahulu sapa aku
dengan sepenuh bangga lembut ingatan
berpantang jarak meneguh jelas dedikasi
jitu asmara menjuntai serta bungkam hegemoni
merdu meneriap sapaan kelana bingkai
emosi tinggi kelana sempana perih teramat jauh pandangan terpana dalam diam sunyi
Â
Terus terang berpulang semua jejak melebur
hasrat selaras semua nyata menyerta bentang
kian gigih akan selalu ada jalan menghimpit
berdalih bermula kehendak merelakan segala
mampu sangka menembus jurus gelap malam
tentu rinai dendam keutuhan dalam meramu
Â
Nyata apapun itu asyiknya melenakan perias musim menggerus imaji terkekang lagu rindu intim
melakukan semunya kehendak hati justru
kilau terbayang menatap pihak penghantar
langkah panjang jalan nalar penuh gemetar
murni tersaji impian kehendak menerpa ikrar
Angkinang Selatan, 10 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H