Canda mencandu peraman tingkah angkuh
sunyi menggerus roda malam perih berderai
karena semua akan ditulis dengan penuh lerai
ketika semuanya bisa saling menata arti
dalam bingkai jejak emosi diri kian tegas
riuh ketentuan ihwal merangkai segala
Â
Bentuk peraman waktu makin dangkal
pesona diri terkendali irama silam mengiris
kekal aura kelembutan diri papar kesumat
berpangkal tuntutan kehendak maksud sadar aroma jengah kenangan terpaut sisa rangkai memudar sadar diri atas kemampuan
sepenuh batas kekal kehendak menentukan
Kalimat menggores tuntas ingin semua menuang
beribu arti dalam rekah prioritas kecaman diri
selalu datang menegas harap menyentak pergulatan terbuai segenap kealpaan naluri watak
dalam langgam kemandirian menapak sontak
tak ingin tentu ada hambatan merentang
Harapan semua harus jadi bahan pembelajaran
selalu ada kemestian diri kian sentak membuai
pada satu ketentuan kian bimbang merajam
darurat himpitan pilu merasuk terkaman
janji menegas berat ketentuan wujud menaksir semburat kehendak benalu kecipak rinai
Â
Pagi sambut hakikat diri bertalu-talu
bingkai ranting rapuh terhunjam pengaruh
kau bisa menyerta setiap ratapan kian sinis
langgam imajinasi petuah ragu membingkai seteru
momentum tepat siklus aturan perihal ritus
norma kehendak impian panjang mengurai
Angkinang Selatan, 9 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H