Kampung Hangkinang, sebutan lain dari Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, tempat Dugal tinggal.Â
Sekarang di kampung Hangkinang sedang musim ranai. Maksudnya sudah selesai dari kegiatan menggarap lahan pertanian menanam padi. Mayoritas warga kampung Hangkinang adalah sebagai petani, menggarap lahan pertanian.Â
Memanfaatkan musim ranai ini, warga terutama yang laki-laki melakukan pekerjaan lain. Ada yang berkebun sayuran. Adapula mencari ikan ke daerah lain. Mencari ikan dengan menggunakan beberapa alat tradisional.Â
Sehingga warga Hangkinang masih ada penghasilan untuk keluarga di masa tak ada kegiatan bahuma.Â
Sementara Dugal selain bahuma pekerjaan lainnya sebagai honorer sebuah madrasah yang ada di kampung Hangkinang. Hanya pegawai kecil saja.Â
Saban hari Senin hingga Jumat ia pergi ke tempat kerja. Hari Sabtu, Ahad, maupun saat kalender tanggal merah waktu untuk libur. Dugal bahuma tidak banyak.Â
Hasilnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak untuk dijual. Dugal juga memanfaatkan lahan kosong yang ada di belakang rumah, untuk digunakan hal yang berdayaguna. Ia tanami cabe rawit, pepaya, mangga, pisang, dsb.Â
Juga dibuat kolam tanah untuk budidaya ikan secara sederhana. Ada aneka ikan yang ia pelihara di kolam tersebut. Diantaranya papuyu, haruan, nila, dan lele.Â
Sunggguh beruntung Dugal hidup di kampung Hangkinang. Semua kebutuhan hidup tak perlu membeli, cukup mengambil yang ada di belakang rumah saja. Semua sudah tercukupi.Â
Jadi Dugal selalu bersyukur kepada Allah SWT. Diberi suasana tenang, aman, dan damai. Sehat tidak ke rumah sakit. Ada yang dimakan hari itu.Â