Ini masih seputar kenangan lama yang masih diingat Dugal. Saat masih duduk dibangku Kelas IV SD. Sekitar 30 tahun silam. Kenangan yang tak akan terlupakan seumur hidupnya, tentang suatu kampung bernama Kamat.
Saat ini Kamat masuk wilayah Desa Pakuan Timur, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Berjarak sekitar 4 kilometer dari Hangkinang, tempat Duga tinggal. Saat itu Kamat jadi tempat paling sering dikunjungi oleh keluarga Dugal. Karena memang di sana ada tinggal seorang perempuan tua, yang biasa mereka panggil Julak Kamat, ada hubungan keluarga dengan nenek Dugal, dari pihak ibunya.
Dalam setahun minimal satu kali mereka bertandang ke sana, dengan bermalam atau menginap beberapa hari. Karena memang saat itu, transportasi tidak seperti sekarang. Satu-satunya yang paling murah meriah lagi menyehatkan adalah  berjalan kaki.
Julak Kamat merupakan perempuan tertua di kampung Kamat saat itu. Saat ada walimah perkawinan keluarga beliau, Dugal bersama ibu dan neneknya, datang ke sana beberapa hari terlebih dahulu sebelum acara pelaksanaan. Saat itu walimah perkawinan dilaksanakan hari Ahad. Jadi pada Jum'at sore, mereka berangkat ke kampung Kamat dengan berjalan kaki.
Karena hari Sabtu Dugal tidak hadir ke sekolah, ia berkirim surat izin yang dititipkan dengan temannya untuk disampaikan ke wali kelas.
Dengan membawa bekal seperlunya, berupa kantongan plastik dan jintingan purun berisi pakaian dan bekal selama bermalam. Mereka bermalam selama hajatan perkawinan hingga selesai.
Ada sekitar 30 menit sampai sejam untuk sampai ke tujuan. Beberapa kali mereka singgah di tepi jalan untuk melepas lelah. Bila ada warung atau kedai minuman mereka singgah untuk menghilangkan rasa lelah.
Sesampainya di tempat tujuan rumah Julak Kamat, mereka beristirahat lalu ganti pakaian, ibu dan nenek Dugal membantu persiapan memasak menu yang akan disajikan pada hari H walimah perkawinan keluarganya.
Sementara Dugal kecil mencoba untuk bergabung dengan bocah sebayanya yang asyik bermain di persawahan yang saat itu sedang masa selesai panen padi. Melihat bocah setempat asyik mandi di aliran irigasi desa, membuat Dugal tak tahan melihatnya. Ia ikut bergabung dan mandi bercebur.
Ada sekitar 7 orang, jadi berdelapan dengan Dugal. Usai mandi Dugal kembali ke rumah Julak Kamat, ganti pakaian karena sudah mandi. Bersiap menghadapi malam di kampung Kamat. Di rumah suasananya sangat ramai, karena kerabat yang lain juga berdatangan.