Ahad (17/01/2021) siang usai saruan di tempat Umanya Iril, saya diajak teman akrab, Rizal ikut ke Hantakan, bersama rombongan Penanggulangan Masalah Kebakaran (PMK) Al Kautsar yang mengirimkan bantuan logistik untuk korban banjir beberapa waktu lalu. Pas sekali saya tak ada kegiatan.
Saya nyatakan siap ikut ke sana. Saya memakai t-shirt ASKS XVII Tahun 2020 di Kabupaten Tabalong, berjaket hitam, celana hitam, bersandal, pakai helm, dan masker. Ikut dibonceng Rizal.
Yang berangkat dua buah mobil, beberapa motor trail, dan sepeda motor biasa. Untuk mobil ada ambulans yang membawa barang makanan dan obat-obatan, sementara satu mobil pick-up membawa pakaian bekas. Jarak Angkinang Selatan dengan Hantakan sekitar 40 kilometer.
Kami lewat jalan Banua Kepayang. Sempat singgah di sebuah pos kamling Banua Kepayang menunggu salah seorang rekan, bernama Mudan yang menjemput temannya dan mengambil satu motor trail yang akan dibawa ke lokasi pengiriman bantuan.
Kemudian beberapa kilometer dari Pagat mobil ambulans PMK Al Kautsar mengalami kerusakan. Kehabisan oli dan air karborator. Menuju Kecamatan Hantakan tak semulus yang dibayangkan. Karena banyak mobil yang datang dan pulang, juga membawa bantuan logistik untuk korban banjir.
Saya lihat mereka dari berbagai instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, komunitas, dsb. Mereka datang dari berbagai daerah di Kalsel, Kalteng bahkan ada dari Kaltim.
Perlahan tapi pasti kami berhasil memasuki wilayah Kecamatan Hantakan. Dimana desanya bernama Baru, namun dulunya bernama Waki. Di desa ini saya lihat kerusakan begitu parah. Rumah warga hancur, juga sekolah, dan TK/TP Al Qur'an. Bahkan di sebuah pemakaman ada dua buah mobil berada di sana, mungkin karena terbawa arus deras saat banjir terjadi.
Di pinggiran sungai Hantakan, seluruh kekuatan anggota PMK Al Kautsar diberdayakan. Barang yang dibawa diangkut menggunakan beberapa trail, dari tempat parkir dua mobil, berjarak sekitar 500 meter dari pinggir sungai. Beberapa anggota PMK Al Kautsar yang lain sudah menyiapkan tali penyeberangan untuk mengangkut barang secara estafet.
Dimana sambung-menyambung mengangkat barang yang dibawa. Saya bertugas di tepi sungai yang lainnya di sungai. Ada sekitar beberapa jam tugas itu dikerjakan. Ada yang merasa kedinginan karena berendam di air. Lalu istirahat untuk makan, agar tenaga pulih kembali. Sementara itu mobil rombongan dari daerah lain terus berdatangan membawa bantuan, saat kami beranjak pulang.
Sampai di rumah sekitar pukul 21.00 WITA. Sungguh ini pengalaman yang sangat berkesan. Melihat dengan mata kepala sendiri beberapa wilayah di Kecamatan Hantakan yang dilanda banjir beberapa hari lalu, yang hanya sekitar tiga jam air bah melanda, namun dampaknya cukup parah sekali.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H