Banyak orang yang iri melihat kehidupan Dugal. Kenapa? Tidak bahuma, tapi ada saja rejeki untuk kebutuhan sehari-hari. Entah kenapa Dugal sejak beberapa tahun silam, meninggalkan dunia pertanian.
Bertani merupakan mata pencaharian warga kampung Hangkinang, tempat ia tinggal. Orangtuanya petani, keluarga besarnya petani, semua petani. Entah kenapa Dugal saat ini tak lagi menggeluti bahuma. Dugal tak pernah lagi ke pahumaan saat musim bahuma.
Apa usaha Dugal sekarang ? Ia beternak ayam kampung, bangkok dan unggas lainnya. Selain itu ia juga menyelingi waktunya sebagai penulis. Saban hari selalu saja ada agenda kerjanya. Pergi dari rumah ke beberapa tempat. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Maksudnya bila ia mencari liputan tulisan yang akan di postingnya ke blog pribadi dan platform media lain, mencari unggas yang ada di daerah yang ditujunya. Jadi bila pulang ada saja yang dibawanya untuk menambah koleksi ternaknya.
Agenda tetap mendatangi pasar tradisional pada hari Senin ke Pasar Birayang, Selasa Pasar Pantai Hambawang, Kamis Pasar Ilung, dan hari Jum'at Pasar Bagambir. Hari lain yang tak ada pasar mingguan, Dugal melakukan liputan untuk bahan tulisan.
Saat musim bahuma, Dugal melakukan liputan reportase pertanian di tiga kabupaten. Seperti di Tabat Padang, Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Kemudian di Telaga Sili-Sili, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), dan Awayan, Kabupaten Balangan.
Ia mendatangi para petani setempat untuk wawancara langsung, memfoto lokasi pahumaan saat melakukan mereka aktivitas pertanian. Lantas hasil tulisannya di posting ke blog pribadi atau platform media.
Juga ke sebuah stasiun radio swasta. Ia akan mengangkat keberadaan radio swasta tersebut. Menulis profil radio swasta, dengan mewawancarai pemiliknya, pendengar setia, dan memfoto studionya.
Dugal berusaha menikmati pekerjaan yang sudah ada. Ia selalu semangat menjalani hari-hari dengan pekerjaannya. Sepanjang hari pekerjaan itu ia geluti, namun tak lupa ibadah tetap pula ia jalankan disela-sela bekerja. Bila tiba waktu shalat ia berhenti bekerja dulu.
Saat hujan turun, biasanya Dugal berdiam di rumah saja. Menulis jadi ia giatkan saat seperti ini. Sejak Subuh sudah ia jalani. Di kamar ia asyik menulis. Ditemani hiburan radio. Baik mendengar musik yang menghibur, atau informasi dan hal bermanfaat lainnya.
Di rumah yang cukup sederhana itu, Dugal merasa sangat senang dan bahagia. Ia lebih konsentrasi dalam berkarya lewat tulisan. Ketimbang banyak orang atau suasana yang hiruk-pikuk. Dugal senang tempat yang sepi atau sendirian, karena lebih mudah muncul bahan tulisan yang bagus. Walau di sekeliling kamarnya itu terlihat barang-barang cukup berantakan. ***