Aku yang selalu mendamba sepenuh arti
butuh waktu dan proses untuk jadi besar
tentang segala kemungkinan yang terjadi nantinya
dalam setulus rindu yang meniku
kau rasa mencita rindu semakin nyata
sendu menyeruak hari yang kelabu
Mewujud keinginan kehendak yang pamrih
terus menjelajah ke pedalaman sana
mengenang jelita sepenuh cinta
perekat tentu jalan statis romantis
takluk wejangan jarak yang rekah
apakah kau akan kesana dengan tujuan yang sama
mematri harap merajuk semayam dentang kinanti
Menghibur diri katanya lamunan yang mandiri
pelanjut utama nyanyian ringkih mendayu penjuru
risau petuah memburu seteru penuh makna
kau rasa bangga bila semua itu dilakukan
kilau merenda takluk upaya kekhawatiran yang tak beralasan
senang bertemu teman lama waktu tsanawiyah dulu
bentang kelelahan yang mesti kau rasakan
Berjalan jauh memantik suara nafas sentosa mendera
titah mutiara penawar rasa dalam gejolak merestu sukma
dekap wacana membalut sindiran panjang merentang
satu tabiat kelakuan di penghujung senang
kau bangga menyangka suasana taktis merisau dendam
naluri patah sembilu menuai hasrat limbung menata paksa kuasa
Kandangan, 2 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H