Mohon tunggu...
Husain Bimantara
Husain Bimantara Mohon Tunggu... Jurnalis - Rakyat Merdeka

Menulis secara Merdeka dan berpihak pada kepentingan rakyat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Klenik Mulyono: Raja Kegelapan yang Menjajah Demokrasi Indonesia

5 September 2024   22:50 Diperbarui: 5 September 2024   22:50 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Solo Pos

Indonesia telah mengalami banyak kemajuan di berbagai bidang. Selama beberapa tahun Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil, kiprah di dunia internasional yang diperhitungkan, dan kebudayaan Indonesia yang kaya serta telah diakui kebesarannya oleh dunia.

Kemajuan dalam berbagai bidang itu sayangnya masih diikuti dengan pandangan hidup rakyatnya yang percaya klenik, takhayul, dan hal-hal mistis lainnya. Pada kehidupan sehari-hari sering kita temui tingkah laku dan pikiran yang mengaitkan peristiwa-peristiwa tak terduga atau fenomena alam dengan kekuatan gaib atau mitos lokal. Tingkah laku klenik dapat kita amati dari pagelaran MOTO GP yang pertama kali di sirkuit Mandalika pada Maret 2022. 

Ketika di tengah acara turun hujan maka disiapkanlah pawang untuk memberhentikannya. Sangat memalukan! Ini menunjukkan pada dunia internasional bahwa rakyat Indonesia masih bodoh, percaya pada kekuatan luar yang tak nyata dan bertentangan dengan pikiran sehat. Ritual klenik seperti itu juga merajalela pada zaman pertengahan di Eropa, ketika rakyat lebih percaya berobat pada dukun gaib ketimbang ke dokter. Zaman pertengahan yang berlangsung dari abad ke-5 sampai ke-14 juga disebut sebagai Zaman Kegelapan.

Praktik-praktik seperti menggunakan pawang, mengunjungi dukun gaib, memakai jimat, atau mengadakan ritual tertentu masih dianggap oleh rakyat sebagai cara untuk mengatasi suatu masalah. Tingkah laku dan pikiran klenik ini diajarkan dan dilakukan dari generasi ke generasi, mencermikan kekayaan tradisi nusantara yang berakar kuat, tetapi di lain sisi juga memerlihatkan masih terdapat ruang yang belum tersentuh logika ilmiah. Tentu hal-hal klenik semacam itu tidaklah sesuai dengan akal sehat dan akan menghambat pembangunan Indonesia maju yang kita cita-citakan.

Klenik yang melekat pada kehidupan rakyat Indonesia telah dijelaskan oleh Tan Malaka di buku Madilog pada bab pertama dengan judul Logika Mistika. Logika Mistika adalah cara berpikir yang berdasarkan pada mistik, klenik, atau kepercayaan di luar pikiran sehat. Cara berpikir ini tidak berdasarkan penalaran ilmiah, tetapi didominasi oleh keyakinan mistis, takhayul, dan dogma. Rakyat harus beralih dari pemikiran mistis-klenik ke pendekatan rasional dan ilmiah yang sesuai dengan pikiran sehat dalam memecahkan masalah sosial, ekonomi, dan politik. 

Tulian logika mistika memunculkan kata yang sangat mengena bagi rakyat maupun pemerintah yang terbutakan oleh klenik, mantra, dan jampi jampi, bunyinya seperti ini: "Si lapar yang kurus kering tak akan bisa kita kenyangkan dengan kata kenyang saja walaupun kita ulangi 1001 kali."

Demokrasi menurut Abraham Lincoln adalah tata cara pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pada alam pikiran yang bebas merdeka, demokrasi itu lahir dari akal sehat, bukan dari jimat dan ritual. Rakyat yang terbelenggu oleh klenik dan kabut-kabut tebal yang membikin buta terhadap kemajuan akan melahirkan pemimpin yang sama gelapnya dengan keyakinan yang mereka pegang teguh. Demokrasi rakyat berjiwa klenik bakal membentuk pemerintahan yang tidak berpijak pada kenyataan dan ilmu pengetahuan, melainkan pemerintahan yang percaya pada khayalan dan bayang-bayang dunia gaib. Hal ini lah yang mengancam Demokrasi Indonesia. Ketika akal budi dan pikiran sehat digantikan oleh ilusi.

Mulyono adalah nama asli Jokowi. Mulyono kecil sering mengalami sakit sehingga namanya diubah menjadi Jokowi. Perubahan nama ini dilakukan karena rakyat Jawa menganggap jika seorang anak sering sakit atau terkena sial, bisa saja disebabkan nama yang diberikan terlalu berat sehingga untuk terhindar dari sakit dan kesialan lainnya perlu diganti nama yang lebih ringan atau sesuai dengan anak tersebut. 

Mengubah nama tadi adalah contoh perilaku dari pandangan hidup rakyat Jawa yang masih sangat percaya dengan klenik. Padahal sakit yang dialami si anak itu datang bisa dari virus, bakteri, atau ketahanan tubuh yang sedang lemah jika berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan pikiran sehat. Praktik klenik seperti ini sudah mengiringi tumbuh dan berkembangnya Mulyono kecil hingga nantinya saat menjadi Jokowi yang memerintah 281 juta lebih rakyat Indonesia.

Mulyono lahir tanggal 21 Juni 1961. Tanggal tersebut dalam primbon jawa memiliki weton Rabu Pon. Weton yang dipropagandakan sebagai penentu nasib dari generasi ke generasi merupakan warisan dari Feodalisme kuno, saat tanah dan kekuasan dikuasai oleh segelintir bangsawan yang memperbudak dan merampas hak rakyat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun