Realitas Algoritma dan Kapitalisme Digital
Era digital memperkuat tesis Adorno melalui algoritma yang mengarahkan preferensi hiburan. Netflix, YouTube, dan platform lainnya menggunakan data besar (big data) untuk mempersonalisasi rekomendasi konten, menciptakan ilusi bahwa pengguna memiliki kontrol penuh. Namun, algoritma ini sering kali mendorong konsumsi konten seragam yang mengutamakan profitabilitas dibandingkan diversitas budaya (Zuboff, 2019). Misalnya, konten viral di TikTok yang sering berisi tantangan atau tren humor ringan menunjukkan bagaimana platform ini memprioritaskan hiburan cepat yang mudah dikonsumsi. Adorno akan melihat fenomena ini sebagai strategi kapitalisme untuk mengontrol waktu luang individu, menghilangkan ruang untuk aktivitas kreatif yang kritis.
Implikasi Sosial dari Hiburan yang Berorientasi pada Pelarian
Hiburan berbasis pelarian juga memiliki implikasi sosial yang signifikan. Dalam masyarakat yang terus menghadapi krisis seperti ketidakadilan ekonomi dan perubahan iklim, konsumsi hiburan yang masif dapat mengalihkan perhatian publik dari masalah-masalah tersebut. Sebagai contoh, selama pandemi COVID-19, terjadi lonjakan konsumsi konten streaming hingga 70% secara global, yang sebagian besar didorong oleh kebutuhan untuk mengurangi kecemasan (Statista, 2022). Namun, seperti yang dikritik Adorno, bentuk hiburan ini dapat membuat masyarakat menjadi apatis terhadap perubahan. Dengan fokus pada kenyamanan individu, hiburan mengurangi solidaritas sosial yang diperlukan untuk menghadapi tantangan kolektif.
Mengintegrasikan Perspektif Kritis
Untuk menghadapi tantangan yang diidentifikasi Adorno, perlu ada pendekatan yang lebih kritis terhadap konsumsi hiburan. Edukasi media dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bagaimana konten hiburan memengaruhi pola pikir mereka. Selain itu, mendukung produksi konten alternatif yang memperjuangkan isu-isu sosial dapat membantu melawan homogenisasi budaya yang diciptakan oleh industri hiburan. Misalnya, film dokumenter atau serial dengan narasi yang mendalam tentang isu-isu lingkungan atau sosial dapat menjadi bentuk hiburan yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik. Model ini dapat menciptakan keseimbangan antara hiburan dan kesadaran kritis.
Fenomena konten hiburan sebagai alat pelarian mencerminkan paradoks masyarakat modern. Hiburan menawarkan kenyamanan emosional, tetapi juga memperkuat struktur kontrol yang melemahkan kemampuan berpikir kritis. Melalui perspektif kritis Theodor W. Adorno, kita dapat memahami bagaimana culture industry berfungsi tidak hanya sebagai alat kapitalisme tetapi juga sebagai penghalang perubahan sosial. Penting bagi individu dan masyarakat untuk lebih sadar akan cara mereka mengonsumsi hiburan. Dengan mengintegrasikan perspektif kritis ke dalam pola konsumsi budaya, kita dapat memanfaatkan hiburan sebagai alat pemberdayaan daripada sekadar pelarian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI