Mohon tunggu...
Jurnalis Cendekia
Jurnalis Cendekia Mohon Tunggu... Jurnalis - Aktivis-Ekonom-Penulis

Cogito Ergo Sum ; Aku berpikir maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ahmad Syaifullah : Memaknai Hari Pahlawan Bagi Generasi Milenial

13 November 2020   23:22 Diperbarui: 13 November 2020   23:57 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), generasi milenial adalah generasi yang lahir di antara tahun 1980-an dan 2000-an. Hari Pahlawan ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 10 November. Namun, mungkin belum banyak yang mengetahui tentang sejarah lahirnya Hari Pahlawan. Generasi milenial tentu tak asing lagi dengan istilah Hari Pahlawan. Sejarah adalah peristiwa pada masa lampau yang kita mungkin tidak hidup pada masanya, namun kita bisa belajar dan mengambil hikmah darip eristiwa yang terjadi di dalamnya. Mengutip dari kata-kata Sang Proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, beliau pernah berkata, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawan.

Peringatan Hari Pahlawan diawali dengan adanya pemberontakan yang dilakukan rakyat Surabaya terhadap Belanda. Pada Perang Dunia II, Jepang kalah melawan Sekutu. Sehingga konsekuensinya beberapa wilayah Jepang diambil alih oleh Sekutu.Akibat kekalahan tersebut, Tentara Inggris datang dan tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) untuk melucuti tentara Jepang di Indonesia. Pihak Inggris ternyata juga membawa misi untuk mengembalikan Indonesia kepada administrasi Pemerintahan Belanda. Perwakilan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) juga ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris. Kota Surabaya tidak lepas dari jangkauan pihak Sekutu. Pada tanggal 18 September 1945 ada sekelompok orang Belanda yang diketahui mengibarkan bendera Belanda (Merah Putih Biru) tanpa persetujuan Pemerintah Indonesia di Surabaya. Akibatnya, berujung pada berbagai pertempuran pertama antara pihak Indonesia dengan tentara Inggris. Akhir dari konflik ini berujung pada peristiwa 10 November 1945.

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 November 1945. Tepatnya terjadi di Hotel Yamato, yang sekarang telah berganti nama menjadi Hotel Majapahit yang berlokasi di Jalan Majapahit Nomor 65 Surabaya. Kita dapat mengunjunginya jika ingin merasakan aura kepahlawanan yang terus melekat dan melihat saksi bisu perjuangan para pahlawan pada saat itu. Peristiwa pertempuran di Surabaya salah satu pemersatu rakyat Indonesia untuk menumpaskan penjajahan. Tokoh pahlawan yang terkenal dan mempunyai andil besar dalam masa pemberontakan di Surabaya adalah Bung Tomo. Beliau mengobarkan jiwa semangat dan memberikan tekad pantang menyerah melalui siaran pemancar radio. Suara Bung Tomo yang lantang berhasil mengobarkan semangat rakyat pada saat itu. Sehingga rakyat dengan semangat patrotisme melawan pasukan Sekutu.Pertempuran Surabaya berakhir dengan kekalahan pihak Indonesia.Akan tetapi, pertempuran tersebut membuktikan bahwa rakyat Indonesia rela berkorban demi mempertahankan kemerdekaan bangsa mereka, meskipun harus dibayar dengan nyawa. Walau begitu, sampai sekarang semangat kepahlawanan tetap harus tertanam di dalam pikiran kita yaitu Merdeka atau Mati.

Momentum Hari Pahlawan bukan saja monentum untuk melaksanakan upacara dan kegiatan ziarah ke makam pahlawan saja, namun hari pahlawan ini dapat kita jadikan sebagai pembuktian terhadap rasa cinta tanah air dan rasa patriotisme kita terhadap Republik ini. Tahun demi tahun kita memperingati Hari Pahlawan ini, tapi semakin kesini kita seakan melupakan makna Hari Pahlawan, memang kita tidak ikut dalam peristiwa yang terjadi di Surabaya,namun peristiwa di Surabaya memberikan makna mendalam terhadap rasa kebangsaan kita.

Tantangan milenial kedepan

Pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Agar Indonesia dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja. Ledakan penduduk berusia produktif tersebut kemudian disiapkan agar berkualitas sehingga tidak menjadi beban negara.

Pandemi Covid-19 cukup mengejutkan bagi semua masyarakat. Dr. Lutfi Agus Salim, S.KM., M.Si selaku pakar kependudukan FKM UNAIR menyebutkan bahwa dengan adanya pandemi tersebut menjadi tantangan karena dapat mempengaruhi perjuangan selama berpuluh-puluh tahun untuk mencapai bonus demografi dikhawatirkan dapat hancur. terdapat beberapa syarat untuk dapat memetik keuntungan dari momentum bonus demografi tersebut. Di antaranya adalah penduduk usia muda yang meledak jumlahnya tersebut harus punya pekerjaan yang produktif dan bisa menabung. Tabungan rumah tangga dapat diinvestasikan untuk menciptakan lapangan kerja produktif.

Kemudian, terdapat investasi untuk meningkatkan modal manusia agar dapat memanfaatkan peluang yang akan datang. Serta, menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan masuk pasar kerja.

Setidaknya, terdapat tiga tantangan yang dihadapi untuk dapat memetik keuntungan bonus demografi pada masa pandami saat ini. Tantangan pertama adalah pada masa pandemi saat ini, terjadinya transisi epidemiologi dan transisi demografi.

Transisi demografi terjadi karena adanya proses migrasi sehingga terjadi perubahan struktur penduduk muda dan tua di beberapa wilayah. Sementara itu, transisi epidemiologi adalah pergeseran penyebab kematian akibat penyakit.

Sebelum pandemi terjadi, Indonesia telah mengalami transisi penyebab kematian dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Adanya pandemi saat ini kembali bergeser menjadi penyakit infeksi dan penyakit degeneratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun