Pindahkan teks berbahasa Jepang itu ke kotak di mana Anda meletakkan teks pertama tadi. Lalu, terjemahkan ke dalam bahasa lain lagi. Sekali lagi, Anda boleh memilih bahasa apa saja.
Saya memilih bahasa Jawa. Dulu, saya ingin sekali pandai berbahasa Jawa karena, jujur saja, saya pernah membenci orang Jawa. Alasannya tidak perlu saya jelaskan di sini. Sekarang, toh, kebencian saya sudah mulai perlahan musnah. Buktinya, saya sudah pernah beberapa kali jatuh cinta kepada gadis Jawa.
Saya menemukan hasilnya menjadi seperti ini:
Pancen, punika politisi kang proyek banget janjeni. Ing bab awon, mesthi, Aku ora politikus supaya sing gadang bab karya.
Saya lalu memindahkan kalimat berbahasa Jawa tadi ke kotak, seperti yang saya lakukan sebelumnya.
Terakhir, karena catatan ini mulai terlalu panjang dan mungkin Anda sudah berpikir saya sedang ngawur, terjemahkan kalimat tersebut ke dalam bahasa asalnya. Maksud saya, bahasa Indonesia.
Berikut ini adalah hasilnya:
Memang, itu adalah tugas politisi sangat menjanjikan. Yang terburuk, tentu saja, aku tidak bahwa politisi membuat janji tentang pekerjaan mereka.
*
APA yang terjadi di Google Translate sehingga teks pertama dan teks terakhir berubah begitu parah? Saya tidak tahu.
Saya kira, begitulah yang terjadi di dunia politik praktis di negeri ini. Mereka yang masuk ke sana akan selalu berubah menjadi lebih buruk, dan semakin sulit dipahami. Pun, tentu saja, tidak bisa lagi dikembalikan sebagaimana semula.