Saya tidak menyangka ternyata kompasianer kanal tidak seperti yang saya bayangkan. Awalnya, saya mengira penghuni kanal ini adalah kaum intelek yang berjuang untuk kemajuan sepakbola Indonesia. Namun apa lacur, ternyata penghuninya adalah pecundang. Bahkan lebih dari itu, ternyata kompasianer disini lebih buruk dari Keledai yang tidak pernah jatuh ke lubang yang sama, bahkan lebih dalam dari semula.
Bagaimana tidak saya beranggapan demikian, seharusnya kaum intelek di kanal ini menyuarakan perubahan atas kekalahan Timnas U-19 tadi malam. Namun apa mau dikata, kompasianer disini ternyata malah bersyukur akan kekalahan ini. Benar Timnas harus bersyukur, karena ini baru kali kedua Timnas U-19 mengalami kekalahan dalam serangkaian uji coba. Tapi perlu diingat, sebelumnya anak-anak Garuda Jaya sudah terlebih dahulu ditahan imbang Myanmar muda dua hari lalu ditempat yang sama.
Jelas itu adalah sebuah kerugian yang harus cepat dibenahi. Tapi di pertandingan kali ini, Timnas kesayangan Indonesia ini malah jauh lebih buruk dari sebelumnya. Kalau dua hari lalu Timnas masih mampu menahan imbang Myanmar di Gelora Bung Karno (kandang sendiri), bagaimana mungkin Timnas bisa kalah ditempat yang sama kalau benar Indra Sjafrie sudah move on dari kegagalan semula. Bahkan yang lebih parah lagi, Timnas Indonesia U-19 kalah dari Myanmar yang hanya menurunkan 9 pemain menghadapi Garuda Jaya yang bermain dengan 11 pemain, bahkan dengan kekuatan Timnas yang sebenarnya.
Ini jelas sebuah kebodohan jika menyebutnya sebagai kemenangan yang tertunda. Sebab, ini adalah kesempatan yang kedua melawan tim yang sama. Jadi ini bukan kemenangan yang tertunda, tapi tidak lebih dari kebodohan yang kedua. Indra Sjafrie harus bertanggung jawab atas ini, sang oportunis yang berlagak jadi Dewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H