Semua tentunya sudah tahu bahwa tahun ini PSSI resmi menggelar Liga Nusantara. Kompetisi ini nantinya, akan dijadikan kompetisi strata ke III pengganti Divisi I, II dan III dibawah naungan Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI). Untuk tahun ini, juara dimasing-masing regional akan di adu dengan klub Divisi I, untuk selanjutnya ditentukan 6 tim yang akan promosi ke Divisi Utama LI. Dan untuk musim selanjutnya, peserta Divisi I, II, III dan Liga Nusantara akan dilebur.
Kompetisi yang akan mewadahi seluruh klub amatir di Indonesia ini, digadang-gadang akan menciptakan atmosfir yang sehat hingga masing-masing tim punya kesempatan yang sama untuk berkompetisi di liga profesional, sebanarnya masih menimbulkan pertanyaan besar. Sebagaimana yang kita tahu bahwa, kompetisi Divisi I, II dan III adalah kompetisi yang digelar dengan batas usia sebagai salah satu program pembinaan usia muda. Sedangkan untuk Liga Nusantara sendiri, pembatasan usia pemain sama sekali belum ditetapkan, padahal kompetisi sendiri sudah mulai digelar diberbagai daerah.
Pertanyaannya adalah, bagaimana program pembinaan usia muda di negeri ini dengan adanya Liga Nusantara, sedangkan kompetisi berjenjang dibawah BLAI untuk musim depan akan ditiadakan. Selain itu, bagaimana kelak tim-tim yang akan promosi ke kompetisi profesional, bukankah sebagian besar tim yang berlaga di kompetisi ini adalah klub amatir/tarkam.
Sebelum dieksekusi, seharusnya PSSI terlebih dahulu mematangkan program ini agar tidak ada tumpang tindih yang akhirnya merugikan sepakbola Indonesia sendiri. Sebagaimana yang kita tahu bahwa, kedua faktor ini (pembinaan usia muda dan profesionalisme) merupakan hal yang langka di tubuh sepakbola Indonesia. Bagaimana kelak jika hal semacam ini ( problem Liga Nusantara) tidak dikaji dengan matang, bisa-bisa sepakbola kita akan lebih jauh mundur kebelakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H