Kita diajari untuk bersabar itu bukan berarti tidak boleh marah. Marahlah. Lalu pelan-pelan, cobalah maafkan.. bahkan saat kita sedang marah pada diri sendiri. Berlatihlah untuk marah dan memaafkan. Hei hei,, kalau berlatih sabar dengan belajar memaafkan itu memang bagus. Tapi berlatih sabar dengan belajar untuk marah?? Yang benar saja, masak itu bagus? Begini, kalau menurut saya marah itu juga perlu untuk diberi ruang. Marah harus punya komposisi/nilai. Berlatih marah fungsinya adalah untuk mencari komposisi yang tepat. Kalau harus marah, rasakan berapa kuat komposisi marah itu. Lalu belajar untuk mengeluarkan komposisi kemarahan itu berapa persennya dari kemarahan yang ada, mau dikeluarkan semua atau setengah, atau sepertiganya saja, pelan-pelan sambil kita belajar menakar kira-kira seberapa besar komposisi maaf yang mesti kita ciptakan. Jadi kalau aku marahnya tak keluarin semua 100 persen, berarti komposisi maaf yang harus kuciptakan sebesar sekian. Mau lebih besar komposisi marahnya daripada maaf, tidak masalah untuk saat ini. Namanya juga belajar. Niatkan saja dengan belajar marah itu kita akan semakin pandai untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain. Jangan lupa tentukan tolok ukur/parameter keberhasilan kita dalam proses belajar sabar ini. Mana parameter keberhasilan menurutmu? saat maaf yang lebih besar komposisinya? atau sebaliknya? Semoga bermanfaat kawan. Salam hangat kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H