Mohon tunggu...
Hurriyatuddaraini
Hurriyatuddaraini Mohon Tunggu... Lainnya - Bersama keluarga

Menulis untuk kesehatan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika yang Berutang Lebih Galak Saat Ditagih

16 Februari 2021   21:53 Diperbarui: 16 Februari 2021   21:57 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumberpic: detik.github.io/edit pribadi

Ketika yang Berutang lebih Galak.

Zaman sekarang berbagai macam cara dilakukan orang untuk mendapatkan uang. Ada yang tertatih-tatih di jalan halal, tetapi rezeki yang didapat hanya secuil. Hingga ada yang melakukan jalan pintas dengan cara menipu. Ada pula yang melakukan dengan cara lebih halus, yaitu berutang, tetapi dengan niat tidak membayarnya.

Prinsipnya memberi utang kepada Si Peminjam adalah kasihan. Karena terkadang yang meminjam itu adalah keluarga atau sahabat. Otomatis si Pemberi uang merasa tidak rela jika melihat orang dekatnya menderita. Alhasil, tanpa berpikir panjang, si pemilik uang langsung meminjamkan uang miliknya. Belum lagi, yang terkadang si peminjam pasang muka memelas, penuh drama, menuntut belas kasih dari si pemilik uang.
Namun, apadaya belakangan semakin sering orang yang mengeluh perilaku orang yang berutang, di mana orang yang berutang lebih galak daripada yang memberi utang. Harusnya ketika si pemilik uang meminta uangnya kembali, si peminjam juga dapat berprilaku sebagaimana mestinya ketika waktu dia datang dulu. Tetapi pada kenyataan tidak demikian.
Pernah terdengar kabar bahwa si pemberi utang, disiram air panas akibat menagih uang yang menjadi miliknya. Bahkan, ada yang lebih tega sengaja membunuh si pemberi utang. Padahal terkadang utangnya tidak banyak, tetapi ia sanggup berlaku keji seperti itu.

Na'udzubillahi mindzalik, sesadis itu jika sudah menyangkut masalah uang.

Oleh karena itu, Kawan.
Jangan bermudah-mudah dalam berutang. Apalagi hanya sekedar untuk memenuhi gaya hidup.

Melihat tetangga punya perabotan baru, maka  cukup mensyukuri saja nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Bukan, malah kepanasan, yang akhirnya rela untuk berutang, cari kredit sana sini, demi memenuhi nafsu duniawi. Atau misal jika butuh membeli pakaian, kalau mampunya beli yang seharga 200 ribu, jangan paksakan beli yang harganya 600 ribu. Karena bisa jadi, saat membeli barang yang harganya di atas uang yang kita miliki, saat itulah terjadinya proses utang,  kasih panjar dulu, dan sisanya itu ngutang.

Nah, kalau sudah kebiasaan seperti itu, terus dipupuk, dijadikan gaya hidup demi memuaskan nafsu belaka,  maka tidak heran orang yang demikian, utangnya ada di mana-mana. Hingga membuatnya kewalahan dalam membayar. Akhirnya setiap kali bertemu dengan orang yang menghutanginya ia akan menghindar.

Tidak salah lagi memang. Hutang itu salah satu alat pemutus silaturahmi paling tajam. Jika tadinya masih saling bercanda, maka disebabkan oleh utang, mendadak dua orang yang tadinya saling haha hihi itu pun saling menjaga jarak. Males untuk bertemu.

Maka, berhati-hatilah dalam berutang.
Hutang itu sesuatu yang darurat.
Jadi kalau bukan urusan yang darurat, jangan bermudah-mudahan dengan utang.

Penuhi kebutuhanmu sesuai dengan kemampuan.
Jangan bebani hidupmu dengan utang,
Belilah karena butuh, bukan karena ingin.
Yakinlah hidupmu akan bahagia.

Yang sederhana, yang ada di depan mata, itulah yang disyukuri. Jangan mencari yang tak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun