Mohon tunggu...
Hurriyatuddaraini
Hurriyatuddaraini Mohon Tunggu... Lainnya - Bersama keluarga

Menulis untuk kesehatan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Insecure and Me

1 Januari 2021   20:43 Diperbarui: 1 Januari 2021   20:45 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah terperangkap dalam fase insecure yang tinggi, disebabkan keadaan diri yang menurut saya di bawah rata-rata.
Bagaimana saya mau percaya diri, saat di sekitar saya dipenuhi dengan teman-teman berpenampilan fisik sangat prima, wangi semerbak, dandanan modis mempesona bagaikan model top, sebut saja namanya Ema, Yuyun, Frety dan lain-lain. Sementara diri ini hanyalah gadis kampuang yang tersesat di belantara kota.
Kala itu ... musim perkuliahan baru memasuki semester awal.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Hingga pada akhirnya saya mencoba menemukan passion saya. Saya mencoba berdamai dengan keadaan, setiap kali istirahat kuliah tiba, saya memilih menyibukkan diri di perpustakaan kampus. Atau di hari lain, berkeliling dari satu toko buku ke toko buku lainnya.Sebagai anak kuliahan yang uang jajannya terbatas, saya juga sering menyambangi toko buku bekas yang terletak di sudut kota. Oleh sebab itu, terkadang sahabat saya sampai keheranan,

"Kamu kok banyak banget koleksi bukunya. Kamu keren, deh. Bisa sering-sering beli buku," celetuk salah seorang sahabat, kala bertandang ke kos.

Awalnya mereka tidak tahu, kalau separuh buku koleksi saya itu adalah buku bekas, karena meskipun dibeli di pasar loak, bukunya masih sangat bagus. Jelas pemilik sebelumnya adalah pecinta buku juga, maka ia pun merawat bukunya dengan sangat baik, hingga ia bisa menjualnya kembali. Dan, saya tidak susah menemukan toko-toko buku bekas tersebut, karena letaknya tidak jauh dari rumah kakak saya. Jadi, setiap saya pulang ke rumahnya, berbekal uang pemberian kakak, saya selalu menyisihkan sedikit untuk membeli buku.

Seolah mendapat dunia baru, saya begitu menikmati waktu dalam kesendirian. Walau saya akui, di dunia nyata pun, karena kemampuan saya dalam membawa diri, saya juga mempunyai banyak teman, meski tanpa teman-teman sadari, terkadang saat bergabung bersama mereka, rasa insecure itu mendadak menyerang. Oleh karena itu, saat berkumpul itu, saya lebih sering menjelma sebagai pendengar saja, jarang menjadi top fokus, karena saya sedikit merasa kurang nyaman berada di tengah kerumunan teman-teman hebat lainnya.

Begitulah hidup, tetapi saya menikmatinya, baik saat bersama teman, maupun saat dalam kesendirian. Ups, sebenarnya bukan sendiri, sih, karena saya selalu berdua dengan teman saat ke perpustakaan. Namun ya begitu, kami dua-duanya pecinta buku, maka saat bertemu dengan buku, kami lebih sering memilih tenggelam dalam bacaan masing-masing.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Buku-buku yang kami baca, kebanyakan adalah buku-buku psikologi populer, buku-buku untuk upgrade diri, semacam 'how to be ... ini, how to be itu." Tentu saja selain buku-buku Chicken Soup yang selalu menjadi langganan kami.
Banyak sekali kisah yang dapat dipetik dari buku-buku populer tersebut. Saya ingat, saya pernah membaca sebuah kisah, tentang bagaimana sikap seseorang yang kala itu sudah menjadi bos, tetapi saat pulang ke rumah orangtuanya, ia kerap turun langsung ke dapur, ikut membantu cuci-cuci piring, bahkan di hari-hari besar, saar ditegur oleh asisten rumah tangganya, ia pun berdalih,
Dok. pribadi
Dok. pribadi
"Bukankah ini sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil, mengapa aku harus meninggalkannya setelah aku dewasa."
Sungguh, sebuah pengalaman yang jarang kita temukan sekarang. Dari kisah itulah saya belajar, menjadi apapun kita, tetaplah rendah hati.

Atau pun kisah lainnya, saat seorang anak jatuh dari tangga, kemudian ia harus dibawa ke rumah sakit, ayahnya melarikan mobil dengan kecepatan tinggi dan menerobos lampu merah, kemudian ia berkata:

"Kenapa Ayah mengebut?"

"Biar cepat sampai, Nak," jawab Ayahnya.

"Bukankah saat kita mengebut, menerobos lampu merah, itu lebih beresiko, jika kita sampai menabrak atau ditabrak orang, itu justru memperlambat sampainya kita ke rumah sakit kan, Yah," ucap anaknya yang membuat ayahnya tertegun. Kemudian ayahnya pun membenarkan ucapan bijak anaknya dan terharu.

Begitulah kisah-kisah yang saya baca, sedikit banyak terekam di bawah alam sadar. Seperti saat saya membaca sebuah buku, yang berisikan kata-kata yang mampu membuat saya menghempas jiwa insecure.

"AKU ISTIMEWA, APAPUN PENDAPATMU,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun