Mohon tunggu...
HMU Silaban
HMU Silaban Mohon Tunggu... -

Seorang veteran TNI AD yang hobi mengamati masalah-masalah aktual di negeri ini sekaligus seorang kakek yang sangat mencintai cucu - cucunya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKN DI JAMAN ORDE REFORMASI

10 September 2012   13:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:40 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

1 KKN DIMASA ORDE REFORMASI

hmusilaban2011@gmail.com

Tahun 2003/2004 saya mengunjungi Balai Percobaan Tanaman (saya lupa nama lengkapnya) di Gugur di sebelah barat kota Balige di lereng gunung Dolok Tolong. Katanya lembaga ini adalah badan pelaksana penyelidiakan dan percobaan tanaman keras dari Departemen Pertanian dibawah binaan Dinas Pertanian tingkat Provinsi. Lembaga ini pernah mendapat proyek percobaantanaman appel ratusan pohon. Karena saya sedang mengadakan percobaan tanaman appel di desa saya Siponjot Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan, mendengar berita tentang proyek ini, maka saya pergi kesana sebenarnya untuk belajar juga. Tetapi apa yang saya temukan disana?

Bibit appelnya di datangkan dari Batu Malang. Taman itu sudah mulai tumbuh tapi sambungan batang bawah dan batang atas bibit okulasian tertanam dalam tanah dan cabang-cabang appel liarnya ikut tumbuh malah lebih subur. Ketka saya tanyakan kenapa begitu cara menanamnya dan kenapa cabang appel liarnya di biarkan tumbuh? Saya malah mendapat bukannya jawaban melainkan pertanyaan: bagaimana seharusnya? Kan mestinya mereka lebih tau dari saya? Saya tanyakan apa mereka tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk itu atau setidak-tidaknya apakah tidak ada buku tentang tanaman appel yang dapat dipelajari? Mereka tidak dilengkapi dengan hal itu, bahkan “gunting-jeruk” pun mereka tidak punya pada waktu itu. Lalu saya terangkan dan jelaskan secara tiori dan praktek. Kebetulan saya bawa gunting jeruk dan buku tanaman Appel dan mereka minta pinjam agar bukunya dapat di fotocopy dengan janji akan dipulangkan secara langsung paling lama satu bulan (tempat kami terpisah kurang lebih 25km). Karena lama saya tunggu-tunggu (sudah lebih 3 bulan) tidak diantarkan juga, terpaksa saya datang lagi kesana untuk mengambil buku dan gunting saya. Apa yang temukan disana? Proyek itu sudah terlantar, appelnya sudah dilingkupi belukar dan alang-alang (bahasa Batak:tarulang). Saya sedih melihatnya dan saya tanyakan kenapa demikian? Jawabannya paling hebat: biaya proyeknya sudah habis. Mendengar jawaban itu saya menangis dalam hati. Tetapi ada lagi yang lebih hebat dari hal itu. Dua bulan sesudahnya saya kesana lagi dengan harapan saya akan minta bibit appel itu dari pada mati dimakan belukar. Saya tak melihat ada appel yang sudah terbengkalai tetapi tanaman jenis tanaman baru dengan proyek baru pada lahan yang sama.

Kata mereka appel dan belukarnya sudah mereka babat dan bakar diganti dengan tanaman baru…..?????? Saya tak dapat lagi bersedih dan menangis tetapi berurai airmata dalam hati. Tahukah anda siapa pimpinan lembaga ini pada waktu itu? Ternyata beliau kebetulan adalah seorang ibu dengan latar belakang pendidikannya bukan pertanian melainkan perikanan. Suaminya PNS di kantor Kabupaten. Ini keterangan langsung dari yang bersangkutan. Ooohhh KKN mau dibawa kemana bangsaku ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun