Mohon tunggu...
HMU Silaban
HMU Silaban Mohon Tunggu... -

Seorang veteran TNI AD yang hobi mengamati masalah-masalah aktual di negeri ini sekaligus seorang kakek yang sangat mencintai cucu - cucunya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

PENGHANCURAN SENJATA KIMIA

10 Januari 2014   20:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:56 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Senjata kimia, disamping senjata biologi dan senjata nuklir, dikenal sebagai senjata pemusnah massal. Artinya: di tembakkan pada saat tertentu pada sasaran tertentu, pada saat itu timbul korban yang dalam jumlahnya massal; setelah itu masih akan timbul pula korban yang sifatnya meluas dan berlanjut di luar titik dan saat serangan. Sifat  senjata kimia, oleh pengaruh suaca, akan menyebar  kemana-mana terutama kearah hembusan angin dan menimbulkan koran bukan saja manusia tetapi juga makluk lainnya seperti hewan ternak.

Begitu mengerikannya akibat penggunaan senjata kimia sehingga dunia internasional (PBB)  pada tanggal 29 April 1997 telah mengadopsi suatu perjanjian pelarangan senjata kimia. Negara-negara yang terikat dengan perjanjian itu dilarang untuk mengembangkan, membuat, menyimpan dan menggunakan senjata kimia. Indonesia yang turut aktif merundingkan perjanjian pelarangan itu, dimana penulis pernah menjadi salah seorang anggota delegasi, melalui forum Konferensi Perlucutan Senjata (Confrence on Disarmament) di kantor PBB Jenewa,  13 Januari 1993, telah menandatangani perjanjian pelarangan senjata kimia dan telah meratifikasinya pada tanggal 12 November 1998.  Republik Arab Syria telah meratifikasi tetapi belum menandatangani perjanjian itu. Itulah barangkali yang menyebabkan Syria masih tetap menyimpannya selama ini. Resolusi PBB menyatakan senjata kimia Syria harus di hancurkan. Syria menyatakan persetujuannya tetapi karena alasan Syria dalam keadaan perang saudara menyatakan tak sanggup mengancurkannya sendiri.

Penghancuran senjata kimia memang tidak mudah, bahkan sangat sukar. Makan waktu yang banyak.  Dalam penghancuran senjata kimia diperlukan tiga proses utama yaitu pengambilan dari tempat penimbunan, pengangkutan dan penghancuran. Ketiga proses ini memerlukan bahan, peralatan, perlengkapan dan personel khusus pada tingkat keterampilan dan ketelitian yang tinggi. Lebih dipersukar lagi karena Syria dalam keadaan perang dimana ketiga proses diatas bisa terancam keamanannya.

Mari kita lihat mulai dari proses pengambilan dari tempat penimbunan. Biasanya demi kerahasiaan dan keamanan, tempat penimbunan senjata kimia tidak dipusatkan di satu tempat tetapi menyebar di beberapa tempat. Dalam kasus Syria pemerintah menyatakan bahwan penimbunan ini terdapat pada 23 tempat yang tersebar,  yang secara keseluruhan terdapat 2530 ton bahan kimia perang baik yang sudah  dalam bentuk senjata siap digunakan maupun yang masih dalam bentuk bahan kimia perang dalam tangki penimbunan.   Apakah semua tempat penimbunan itu keamanannya sepenuhnya dikuasai oleh fihak pemerintah  Syria atau ada yang dikuasai oleh fihak perlawanan?  Mari, sementara kita abaikan dulu masalah itu.

Biasanya bahan senjata kimia dalam bentuk cairan dan diwadahi dalam tangki besar (biasanya juga dalam ukuran puluhan ton), tertutup dalam bunker beton tahan serangan bom udara. Tempatnya dirahsiakan jauh dari jangkauan masyarakat sipil. Nah, sekarang datang mobil tangki besar pengangkutnya. Pengambilan dari tangki penyimpanan ke tangki pengangkut sangat diperlukan pipa-pipa, keran-keran dan pompa bahan kimia cair. Proses ini merupakan proses yang sangat berbahaya karena bahan senjata kimia umumnya sangat mudah menjadi uap. Bila ada sedikit saja kebocoran keselamatan semua personal yang terlibat akan terancam. Oleh karena itu semua personel yang terlipat harus mengenakan pakaian dan topeng pelindung yang terbuat dari bahan karet atau plastik, dilengkapi dengan filter penafasan yang tahan terhadap jenis racun yang dihadapi. Walaupun personel yang terlibat sudah merupakan personel yang berpengalaman dan hafal semua tindakan/ proses tetapi setiap personel tidak bisa bertindak atas inisiatif sendiri. Mulai dari dari pemasangan pipa-pipa sedot ketangki, pemasanagan keran, pemasangan mesin pompa sedot dan selanjutnya bahkan sampai akan berangkat-nya kendaraan tangki harus atas instruksi yang dibacakan dari buku prosedur yang telah disususun secara lengkap dan teliti. Contohnya: Personel instruktur membaca dengan keras dan jelas: “buka keran satu”, personel pelaksana mengulangi juga dengan suara keras dan jelas: “ buka keran satu” , baru setelah itu dia boleh membuka  keran 1. Demikian seterusnya sampai semua proses selesai termasuk pembongkaran saluran pipa bila tangki penyimpanan sudah kosong.  Kebocoran sekecil  apapun berarti maut.

Selama perjalanan mobil tangki tidak boleh bergerak melebihi kecepatan 30 km/jam dan dalam pengawalan penuh depan, samping dan belakang. Ketelitian keamanan yang sama harus juga dilakukan pada saat proses pemindahan dari tangki angkut darat ke tangki angkut laut. Selama proses angkutan ini tangki pengangkut harus benar-benar tertutup rapat. Tingkat ketelitian yang sama harus juga dilalukann pada saat proses penghancuran. Jangan lupa satu tangki penyimpanan mungkin memerlukan beberapa mobil tangki angkut. Kalau diatas disebut Syria menyimpan 2530 ton bahan senjata kimia maka berapa truk tangki kimia yang diperlukan?

Suatu hal yang perlu di catat adalah ketahanan personel yang terlibat dalam penghancuran senjata kimia. Bekerja dengan mengenakan pakaian dan perlengkapan pelindung memerlukan daya tahan tubuh yang tinggi karena seluruh badan tertutup dari udara luar sehingga suhu dan kelembaban udara sekitar tubuh cepat naik menyebabkan perasaan lelah cepat pula timbul. Dalam hal ketahanan fisik ini menjadi hal yang sangat penting bila pekerjaan ini dilakukan di daerah berhawa panas dan daerah berkelembaban tinggi.

Setiap personel, baik yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam ketiga proses yang telah diselebih dulu harus dilengkapi dengan kantong PPPK-kimia yang salah satu isinya adalah suntikan atropin yang apabila sesorang terkena dampak senjata kimia, maka dia harus segera disuntik dengan suntikan tersebut yang dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain di dekatnya. Selanjutnya personal ini segera diungsikan untuk mendapakan perawatan yang tepat dan fungsinya dalam team haurs segera digantikan oleh orang lain yang disiapkan untuk itu.

Penghancuran bahan kimia perang dapat dilakukan dengan 3 cara. Pertama secara berangsur-angsur dibakar dalam suhu sangat tinggi dengan jaminan bahwa bahan kimia tersebut akan terurai menjadi bahan kimia yang tidak lagi berbahaya.  Cara penghancuran yang kedua adalah dengan netralisasi yaitu bahan racun kimia tersebut di-reaksi-kan dengan  bahan kimia lain yang yang tidak berbahaya dan yang akan mengurainya menjadi bahan kimia yang tidak beracun. Cara penghancuran yang ketiga adalah dengan cara pengenceran, yaitu dengan melepaskan bahan senjata kimia yang sangat berbahaya ini sedikit demi sedikit di perairan.  Cara yang ketiga ini jarang dilakukan karena selain masih penuh resiko juga akan makan tempo yang sangat lama dan akan menimulkan pencemaran perairan.  Penghancuran senjata kimia selain memerlukan waktu yang panjang, peralatan-perlengkapan khusus, personal khusus juga memerlukan biaya yang sangat besar. Ada negara adidaya yang telah mulai menghancurkan persenjataan kimianya sejak tahun 1990, sampai sekarang, sudah 23 tahun lebih, belum selesai walau telah menhabiskan biaya milliaran dollar. Resolusi Dewan Keamanan PBB menyatakan bahwa panghancuran senjata kimia Syria harus sudah selesai pertengahan tahun 2014 ini, banyak fihak menyangsikan  kerangka waktu tersebut dapat tercapai.

Pada pertengahan tahun 80-an Pus NUBIKA TNI-AD pernah punya pengalaman menghancurkan senjata kimia dengan sistim pembakaran dengan suhu tinggi yang walau jumlahnya tidak sampai seratusan  ton tetapi memerlukan waktu sampai lebih dari 3 bulan baru selesai . Pada awalnya penghancuran ini mendapat bantuan personal dan teknis dari pemerintah Belanda  karena memang peninggalan Belanda.

Ditulis oleh HMU Silaban mantan Dirbin Nubika Direktorat Zeni AD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun