Mohon tunggu...
Humas UMKT
Humas UMKT Mohon Tunggu... Dosen - Humas

UMKT Merupakan Perguruan Tinggi Swasta No 1 di Kaltim-Kaltara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Guru di Era Digital: Tantangan atau Kecemasan

25 November 2024   20:41 Diperbarui: 25 November 2024   21:11 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Sunarti, S.Pd., M.Pd. (Wakil Dekan II FKIP, UMKT) 

Samarinda, Di masa lalu, guru sering dianggap sebagai satu-satunya sumber ilmu di kelas. Kehadiran internet dan perangkat digital telah merombak paradigma ini. Siswa kini memiliki akses ke informasi dari berbagai sumber di seluruh dunia hanya dengan beberapa ketukan di layar. Dengan banyaknya materi yang dapat diakses secara online, peran guru tidak lagi hanya sebagai pemberi ilmu, tetapi lebih sebagai fasilitator yang membantu siswa memahami informasi dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Transformasi ini membuat guru perlu memiliki berbagai keterampilan baru. Mereka dituntut untuk tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga kreatif dalam memanfaatkannya untuk mendukung proses pembelajaran. Guru yang mampu memanfaatkan teknologi dengan efektif akan lebih mudah membangun suasana belajar yang interaktif, menarik, dan relevan dengan kebutuhan siswa saat ini. Namun, kenyataannya tidak semua guru memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan menguasai teknologi.

Digitalisasi juga menimbulkan kecemasan baru di kalangan guru, yaitu ketakutan akan "perpindahan peran." Sebuah studi oleh Smith dan Jones (2023) dalam "Educational Technology & Society" menemukan bahwa 68% guru merasa khawatir peran mereka akan tergantikan oleh teknologi digital. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Kim (2024) dalam "Computers & Education" menunjukkan bahwa 75% guru mengalami peningkatan stres akibat tuntutan untuk menguasai alat digital baru, yang mereka rasakan dapat mengubah peran tradisional mereka sebagai pendidik. Temuan ini menegaskan bahwa ketakutan akan perpindahan peran akibat digitalisasi adalah isu nyata yang mempengaruhi kesejahteraan dan efektivitas guru.

Di beberapa negara, kemajuan teknologi telah memungkinkan beberapa proses pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa melalui platform e-learning, bahkan dengan bantuan kecerdasan buatan. Sementara teknologi dapat mempercepat akses informasi, beberapa guru merasa khawatir bahwa peran mereka dalam proses pendidikan akan tergantikan. Ketakutan ini sangat bisa dipahami. Guru telah menghabiskan banyak tahun dalam profesi ini, dan mereka memiliki keahlian dalam mengajar dan memahami siswa secara mendalam. Tetapi ketika teknologi mengambil alih beberapa peran, seperti memberikan informasi dasar atau melakukan penilaian otomatis, beberapa guru merasa peran mereka menjadi kurang relevan. Di sisi lain, kecemasan ini bisa dikelola dengan memahami bahwa teknologi seharusnya tidak menggantikan guru, tetapi menjadi alat yang memperkuat kemampuan mereka untuk mengajar dan membimbing siswa.

Tidak semua guru di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Di perkotaan, sekolah-sekolah mungkin memiliki akses yang lebih baik terhadap infrastruktur digital, termasuk komputer, proyektor, dan internet yang memadai. Di kalimantan Timur, beberapa daerah masih menghadapi tantangan akses teknologi untuk pendidikan meliputi Kabupaten Mahakam Ulu, Kutai Barat, Berau, Paser dan daerah terpencil lainnya. Daerah-daerah ini masih sulit terjangkau internet dan teknologi akibat medan yang berat dan minimnya infrastruktur. Meski memiliki potensi alam dan budaya, konektivitas masih terbatas dan akses transportasipun sulit, sehingga masih sangat memerlukan dukungan proyek pemerintah dan solusi internet. Guru di daerah-daerah ini harus berjuang lebih keras untuk dapat memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Perbedaan akses ini menciptakan kesenjangan digital antara guru di perkotaan dan pedesaan, yang akhirnya berimbas pada kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa. Guru di daerah dengan akses terbatas tersebut perlu mendapatkan dukungan yang lebih besar dari pemerintah dan lembaga pendidikan, agar mereka dapat mengembangkan kompetensi digital mereka meskipun dengan keterbatasan infrastruktur. Solusi seperti pelatihan yang berbasis offline atau pengadaan perangkat digital portabel dapat menjadi langkah untuk mengatasi kesenjangan. Solusi ini tidak hanya membantu guru, tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa di daerah-daerah tersebut.

Selain tantangan teknis, aspek psikologis juga menjadi bagian penting dalam menghadapi perubahan ini. Kecemasan terhadap adaptasi teknologi tidak hanya memengaruhi cara guru mengajar, tetapi juga kepercayaan diri dan kesehatan mental guru itu sendiri. Perubahan teknologi yang begitu cepat sering kali membuat mereka merasa tertinggal, khususnya guru yang lebih senior yang mungkin kurang terbiasa dengan perangkat digital. Guru yang sudah lama berada dalam profesinya, terutama yang lebih senior, sering kali merasa tertinggal karena laju perubahan teknologi yang terlalu cepat dan tuntutan untuk segera beradaptasi. Hal ini menciptakan tekanan tambahan yang dapat memengaruhi keseimbangan emosional mereka. Sayangnya, banyak institusi pendidikan dan pembuat kebijakan hanya berfokus pada penyediaan teknologi tanpa memberikan dukungan psikologis yang cukup untuk guru. Sebagai contoh, pelatihan teknologi yang sering kali intensif tidak mempertimbangkan kebutuhan emosional dan tingkat kenyamanan guru senior dalam mempelajari hal-hal baru. Pendekatan yang terlalu teknis ini justru dapat memperburuk kecemasan mereka, menciptakan kesenjangan yang semakin besar antara guru yang mampu beradaptasi dengan teknologi dan mereka yang tertinggal.

Seiring perkembangan teknologi, perlunya masyarakat lebih menyadari bahwa teknologi hanyalah alat, sementara guru tetap menjadi sosok yang sangat penting dalam pendidikan. Guru bukan hanya mengajarkan materi akademik, tetapi juga menjadi teladan, motivator, dan pembimbing dalam pembentukan karakter anak-anak. Di era di mana informasi begitu mudah diakses, guru memiliki peran khusus untuk menyaring dan memberikan pemahaman yang mendalam kepada siswa, serta membantu mereka berpikir kritis. Pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa guru mendapatkan dukungan yang layak agar mereka bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan tanpa kecemasan. Dengan demikian, kita tidak hanya menghargai jasa mereka, tetapi juga memastikan bahwa pendidikan di Indonesia bisa terus maju tanpa mengabaikan kesejahteraan para pendidiknya. Di era digital yang penuh dengan perubahan cepat, guru adalah salah satu pilar utama dalam membentuk masa depan bangsa. Teknologi dapat menjadi teman yang berharga dalam pembelajaran, tetapi guru tetap menjadi tokoh sentral dalam mendidik generasi muda. Marilah kita hargai peran dan dedikasi para guru dengan memberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk berkembang dan beradaptasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun