Mohon tunggu...
Humas UMKT
Humas UMKT Mohon Tunggu... Dosen - Humas

UMKT Merupakan Perguruan Tinggi Swasta No 1 di Kaltim-Kaltara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Demokrasi Semu di Era Media Sosial

10 Februari 2024   18:55 Diperbarui: 10 Februari 2024   21:36 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Abdul Halim., Ph.D (Wakil Dekan 1 FKIP UMKT)

umkt.ac.id, Samarinda - Dalam era digital yang terus berkembang, peran sosial media dalam proses demokrasi semakin signifikan. Namun, perlu dicermati bahwa ada risiko demokrasi semu ketika mendukung salah satu pasangan calon presiden. Meskipun awalnya dianggap sebagai wadah untuk berbagi informasi dan pandangan, terbukanya seluruh jalur sosial media dapat menyebabkan distorsi opini masyarakat. Algoritma yang mendukung interaksi dan engagement pengguna seringkali menjadi pemicu utama dalam menciptakan demokrasi semu. Calon pemilih paslon presiden dapat secara tak sadar terjebak dalam gelembung informasi di mana algoritma cenderung menampilkan konten yang mendukung pandangan yang sudah ada, memperkuat keyakinan yang ada, dan mengabaikan pandangan alternatif.

Ketika seorang paslon presiden membuka seluruh jalur sosial media, risiko terbesar adalah bahwa algoritma akan menciptakan narasi yang menggambarkan calon tersebut sebagai yang terbaik, sementara mengabaikan pencapaian dan visi pesaingnya. Hal ini dapat merugikan proses demokrasi yang seharusnya melibatkan pertukaran ide dan debat terbuka. Dalam konteks ini, diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi dampak negatif distorsi informasi ini. Transparansi algoritma dan regulasi yang memastikan kesetaraan paparan informasi antar calon dapat menjadi langkah yang relevan. Selain itu, masyarakat juga perlu meningkatkan literasi digital untuk dapat lebih kritis dalam mengonsumsi informasi yang disajikan di media sosial.

Sementara sosial media memiliki potensi besar untuk memperkuat demokrasi, kita perlu waspada terhadap demokrasi semu yang dapat muncul akibat algoritma. Penting bagi kita untuk memastikan bahwa setiap calon pemilih memiliki akses yang setara untuk menyampaikan ide dan visinya kepada masyarakat, tanpa terjebak dalam efek distorsi yang dapat merugikan esensi dari proses demokrasi itu sendiri.

 

  • Hati-Hati dari Hoax, Bijak Memilih dengan Tolak Ukur yang Jelas

Pentingnya kehati-hatian dalam mengonsumsi informasi di media sosial terutama berkaitan dengan proses pemilihan, seperti pemilihan presiden. Terkadang, emosi dapat menggiring kita untuk dengan cepat mempercayai atau menyebarkan berita tanpa memverifikasi kebenarannya. Oleh karena itu, bijaklah dalam menyikapi setiap informasi yang muncul di feeds sosial media Anda.

Satu langkah penting untuk menghindari terjebak dalam jaringan hoax adalah memastikan bahwa sumber informasi yang kita terima dapat dipercaya. Verifikasi setiap berita sebelum menyebarkannya dan pastikan informasi berasal dari sumber yang terpercaya.

Selain itu, dalam memilih calon, mari bijak dan rasional. Jangan terjebak pada kecenderungan emosional sesaat yang mungkin muncul akibat berita provokatif. Sebaliknya, kita harus menetapkan tolok ukur yang jelas dalam mengevaluasi calon, seperti rekam jejak, visi, dan kebijakan yang diusung.

Himbauan agar masyarakat lebih bijak dalam memilih merupakan kunci untuk menjaga integritas proses demokrasi. Mari tingkatkan literasi digital kita, pertajam naluri kritis, dan ingatlah bahwa keputusan kita tidak hanya memengaruhi diri sendiri tetapi juga masa depan negara.

  • Kedewasaan Dalam Demokrasi 

 Dalam demokrasi yang matang, pemilih yang bijak menampilkan ciri-ciri khusus yang memperkuat fondasi pemerintahan inklusif dan bertanggung jawab. Mereka memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu politik dan kebijakan publik, didukung oleh kemampuan kritis dan analitis yang kuat. Pemilih yang bijak tidak terpengaruh dengan mudah oleh propaganda atau retorika kosong; sebaliknya, mereka lebih suka mengevaluasi argumen dan data sebelum membuat keputusan. Keaktifan dalam partisipasi politik juga menjadi bagian integral dari karakter mereka, hadir dalam pemilihan umum, terlibat dalam diskusi publik, dan mungkin bahkan terlibat dalam kegiatan politik lokal.

Selain itu, pemilih yang bijak menunjukkan sikap toleransi dan keterbukaan terhadap perbedaan pendapat. Mereka menghargai hak setiap individu untuk memiliki pandangan yang beragam dan memupuk sikap saling menghormati. Keberanian untuk membatalkan suara atau mendukung alternatif yang lebih sesuai dengan nilai dan keyakinan juga menjadi karakteristik kunci. Pemilih yang bijak juga menyadari dampak pilihan politik mereka. Mereka tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi tetapi juga mempertimbangkan dampak pilihan mereka terhadap kepentingan kolektif dan masa depan generasi mendatang. Dengan menggabungkan pemahaman yang mendalam, partisipasi aktif, sikap toleransi, dan kesadaran akan dampak pilihan, pemilih yang bijak memainkan peran penting dalam membentuk demokrasi yang matang dan berkelanjutan.

  • Hati-Hati dengan Narasi yang Membahayakan Persatuan Bangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun