Mohon tunggu...
AHU Online
AHU Online Mohon Tunggu... -

Kanal Resmi Publikasi Humas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Hukum Perjanjian Internasional Lindungi WNI di Luar Negeri

22 Februari 2019   16:09 Diperbarui: 22 Februari 2019   21:41 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peningkatan pelayanan publik bagi WNI dan BHI pencari keadilan melalui pengembangan hukum perdata internasional Indonesia di Kementerian Luar Negeri (Dok. Ditjen AHU)

JAKARTA - Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) dan Direktorat Jenderal Hukum dan perjanjian internasional  terus lakukan pembahasan terkait  Hukum Perjanjian Internasional (HPI). HPI di Indonesia masih bertumpu pada tiga pasal lama warisan Hindia Belanda. Sehingga RUU HPI perlu "dibangunkan" kembali mengingat era globalisasi dan regionalisasi yang mempengaruhi aspek hukum perdata Indonesia.

"Penyusunan kodifikasi peraturan HPI harus benar-benar memperhatikan kepentingan bangsa dan tujuan negara sebagaimana terangkum dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum," kata Diana Juliani Kepala seksi Hukum Perdata Internasional, Rabu (21/2/2019).

Sehingga kata Dia ,Pembentukan Tim Kecil di bawah koordinasi  Ditjen AHU khususnya Sub Direktorat Hukum Internasional   dianggap perlu guna  melakukan penyisiran terhadap Naskah Akademik RUU HPI yang telah disusun oleh BPHN tahun 2015.

"Penyempurnaan substansi dengan diskusi dengan pakar di Malang (Agustus 2018), di Bandung (Agustus 2018), di Bali (September 2018), Kuala Lumpur (September 2018), dan Jayapura-Merauke (November 2018)," ujar Dina.

Dok. Ditjen AHU
Dok. Ditjen AHU
Selain itu, aturan tertulis ini diperlukan juga sebagai pedoman bagi para hakim di pengadilan dalam menangani perkara perdata lintas negara yang selama ini masih menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).  

Dia juga menyebut Kodifikasi Hukum perdata internasional dapat menjadi payung hukum dari ilmu hukum lainnya (tata negara/kewarganegaraan-pewarganegaraan, hukum ekonomi/mis.arbitrase, hukum public/mis. Perburuhan).

"Penyusunan kodifikasi peraturan HPI harus benar-benar memperhatikan kepentingan bangsa dan tujuan negara sebagaimana terangkum dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945," ujarnya.

Dirinya menambahkan tujuan utama dari HPI adalah  melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan tetap mengindahkan pelaksanaan ketertiban dunia.  Dia menambahkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang pemilihan forum hukum ketika masyarakat dihadapkan pada suatu perkara HPI baik di forum pengadilan maupun diluar pengadilan.

"Masyarakat masih  minim tentang pilihan hukum dalam melakukan perjanjian di diluar negeri," tutupnya.

Source

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun