Gangguan kesehatan gigi dan mulut yang kerap ditemui pada masyarakat Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi masalah gigi dan mulut yaitu karies dari 53.2% pada 2013 meningkat hingga 57,6% pada tahun 2018. Prevalensi penderita usia 10-14 tahun yang mengalami masalah gigi dan mulut termasuk karies mengalami peningkatan dari 25,2% di tahun 2013 menjadi 55,6% pada tahun 2018.Â
Berdasarkan Riskesdas 2018 Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menempati peringkat 15 tertinggi dari 34 provinsi di Indonesia. DKI Jakarta memiliki populasi yang sangat heterogen baik dalam aspek suku maupun status sosial ekonomi penduduk. Sebuah penelitian di Jakarta menemukan bahwa indeks DMFT rata-rata anak usia 12 tahun sebesar 1,58, dengan hampir semua gigi yang termasuk kategori decay tidak mendapatkan perawatan. Â Penelitian lain di Jakarta menemukan bahwa prevalensi karies pada kelompok anak usia 12 tahun adalah sebesar 84% dengan indeks DMFT rata-rata sebesar 3,2. Â Sementara proporsi karies gigi pada anak sekolah dasar di Jakarta Barat ditemukan sebesar 40,4% dengan kebiasaan menyikat gigi buruk sebesar 35,4%.
Tingginya prevalensi karies dapat dipengaruhi salah satunya oleh faktor perilaku seperti waktu dan cara menyikat gigi yang tidak tepat, dan konsumsi makan makanan kariogenik. Waktu dan frekuensi menyikat gigi yang direkomendasikan yaitu setidaknya dua kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur. Berdasarkan data riskesdas tahun 2018 , terdapat sebanyak 98,5% penduduk Indonesia usia 15 -- 24 tahun yang menyikat giginya, namun hanya 3,3 % yang melakukannya sesuai yang waktu dianjurkan.
Konsumsi makanan kariogenik juga menjadi faktor risiko terjadinya karies terutama pada anak-anak. Makanan kariogenik berupa makanan yang manis dan lengket akan mudah menempel di permukaan gigi. Karbohidrat ini selanjutnya akan dirubah bakteri menjadi asam dan menyebabkan demineralisasi gigi yang dalam jangka panjang akan menyebabkan karies gigi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kejadian karies gigi pada anak.
Prevalensi karies yang tinggi terjadi karena pengetahuan kesehatan gigi dan mulut tidak diterapkan dalam perilaku kesehatan gigi sehari-hari. Perilaku memiliki peran yang besar dalam pemerliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga perubahan pada perilaku perlu dilakukan. Pemberian informasi dan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan sedini mungkin sehingga pencegahan masalah kesehatan gigi dan mulut dapat tercapai dengan optimal.
Sekolah Dasar (SD) Muhamadiyah 27 Jakarta Barat merupakan sebuah sekolah swasta  yang terletak di jalan Gelong Baru 28A, RT 12, RW 3, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. SD Muhamadiyah 27 memiliki total jumlah guru sebanyak 15 orang dan jumlah murid sebanyak 125 anak. Survei pendahuluan yang dilakukan oleh ketua tim menemukan bahwa sebanyak 48% siswa masih belum mengetahui bagaimana cara menyikat gigi yang benar. Permasalahan yang ditemui diantaranya adalah kurangnya pengetahuan guru dan murid mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta bagaimana melakukan pencegahan masalah kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan temuan-temuan ini, kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan para guru, sehingga mereka kelak dapat membagikan ilmu yang didapat kepada para muridnya.