[caption id="attachment_361295" align="aligncenter" width="242" caption="Baby (source: laksmindrafitria.wordpress.com)"][/caption]
Pagi menjelang ketika aku terbangun dan kembali melihat suasana yang sama di sekelilingku seperti hari-hari sebeumnya ketika mata ini terbuka dari lelap tidur. Sesosok tubuh berada di samping tanpa suara dan ekspresi hampa menemani keberadaanku. Aku panggil dia 'Ibu' meski dalah hati saja.
Ketika siang mulai datang, suasana perlahan mulai berubah warna. Beberapa wajah terlihat serius memperhatikan kami. Mengamati satu persatu kami dari atas rambut sampai ujung kaki. Ya..kami, aku..'ibuku' dan wanita-wanita lain yang ada di ruangan berdinding kaca ini. Dari balik kaca kami diamati satu persatu, tanpa selembar benangpun menutupi tubuh kami.
Masih teringat ketika sosok pria dengan kepala botak berjenggot jarang-jarang akhirnya menunjuk nomor yang melekat di lengan kiri 'ibuku', dia memilih 'ibuku', membawanya ke pembaringan dan melakukan sesuatu yang tak bisa kupahami terhadapnya. Aku hanya bisa memandangi dari kejauhan tanpa tahu harus mengeluarkan ekspresi apa. Kemudian satu persatu wanita-wanita lain di ruangan kaca ini melewati prosesi yang sama dengan 'ibuku'. Pria botak berjenggot itu seringkali ditemani dengan beberapa orang bersamanya, membantu setiap aktivitas yang dia lakukan terhadap 'ibuku' dan yang lainnya. Secara bergantian mereka berekpresi terhadap 'ibuku' dan wanita-wanita itu.
Kulihat jam digital yang terpantul pada dinding di atas pintu ruangan, lewat pukul 11 malam. Orang-orang mulai pergi satu persatu meninggalkan kami yang lelah seharian dengan ekperimen mereka. Set waktu jam 12 malam tepat untuk memejamkan mata kami dan membuka mata kembali sesuai ritme biologis kami di pagi esoknya lagi. Waktu berlalu terasa lebih cepat ketika sesosok mungil muncul dari hasil eksperimen pria botak berjenggot dan kawan-kawannya. Apakah dia 'adikku'? Apakah aku juga muncul akibat eksperimen orang-orang itu? Jadi siapakah ayahku? Si botak berjenggot? Si kacamata tebal berkumis tipis? atau Si kerempeng dengan rambut acak-acakan? Entah hasil kerja siapa kami muncul di sini.
'Adikku" ditempatkan pada sebuah ruangan di samping kami, dalam sebuah tabung dengan uap tipis diselilingnya, bersama dengan sosok-sosok kecil lain di sederet tabung sepanjang ruangan. Ya..'adikku' tidak sendirian. Sosok kecil lain berjumlah ratusan ada di situ dan di situ juga tempat yang pernah aku lewati semasa dulu.
Kembali kulewati hari seperti rutinitas sebelumnya. Sebuah tanda baru sudah tertempel di lengan kiriku, sebuah nomor, sama seperti di lengan kiri 'ibuku'. Artinya aku sudah siap untuk menjalani prosesi yang akan dilakukan oleh si botak dan kawan-kawannya besok pagi. Di luar sana sunyi sepi berharap segera muncul satu sosok mungil berikutnya untuk melanjutkan kelangsungan spesies manusia yang hampir punah di muka bumi ini. Jam digital memproyeksikan angka 11 malam ketika aku bersiap menanti waktu tidurku aktif lagi, menunggu sebentar lagi angka berubah menjadi 24:00 22-12-2121.
..real human
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H