Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hidroponik di Musim Kemarau, Mungkinkah?

16 Oktober 2024   19:34 Diperbarui: 16 Oktober 2024   19:43 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantangan besar bidang pertanian pada saat musim kemarau adalah ketersediaan air. Sistem irigasi pada pertanian tradisonal cenderung membutuhkan air yang relatif banyak, sementara ketika musim kemarau ketersediaan air sangat terbatas. Kondisi tersebut mengurangi produktivitas lahan pertanian yang berujung pada gagal panen. Solusi alternatif yang dapat dipakai agar produktivitas pertanian tetap berlangsung adalah menggunakan sistem pertanian hidroponik.

Hidroponik secara garis besar merupakan metode budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, di mana akar tanaman ditanam dalam larutan air yang mengandung nutrisi. Sistem ini mengalirkan air yang telah dicampur nutrisi secara langsung ke akar, sehingga tanaman dapat menyerap nutrisi dengan lebih cepat dan efisien. Fakta memperlihatkan bahwa hidroponik dapat menghemat konsumsi air untuk pertanian hingga 90% dibandingkan pertanian konvensional. Menurut laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO), hidroponik hanya membutuhkan sekitar 10-20% air dibandingkan metode pertanian berbasis tanah. Dalam hidroponik, air tidak menguap atau meresap ke dalam tanah, melainkan terus bersirkulasi dalam sistem yang sama. Penelitian di California, Amerika Serikat, yang kerap mengalami kekeringan, dengan hidroponik memungkinkan petani di sana dapat menanam sayuran sepanjang tahun dengan menggunakan hanya 5-10% air. Ini menegaskan bahwa hidroponik sangat mungkin untuk diterapkan di musim kemarau tanpa harus mengorbankan produktivitas.

Di Indonesia, beberapa wilayah mulai memanfaatkan hidroponik, khususnya di daerah yang rawan kekeringan seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Petani lokal di  Klaten, misalnya, beralih ke sistem hidroponik untuk menanam sayuran seperti selada, bayam, dan kangkung. Mereka melaporkan bahwa system hidroponik tidak hanya menghemat air, tetapi juga menghasilkan tanaman yang lebih sehat dan bebas pestisida. Agar hidroponik tetap efektif diterapkan saat musim kemarau, petani dapat menempuh beberapa tips dan trik sebagai berikut:

  • Menggunakan Sistem Sirkulasi Tertutup

Sistem sirkulasi tertutup baik untuk menjaga efisiensi penggunaan air. Dalam sistem ini, air yang tidak terserap oleh tanaman akan kembali ke wadah dan digunakan lagi. Hal ini berbeda dengan irigasi tradisional, di mana sebagian besar air hilang karena penguapan atau perkolasi ke dalam tanah. Sistem seperti Nutrient Film Technique (NFT) adalah pilihan yang baik karena memungkinkan air beredar dalam sistem yang tertutup. Sistem ini memiliki kelebihan dimana pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan seragam karena keseimbangan antara air, nutrisi, dan oksigen. Kekurangan dari sistem ini adalah biaya awal yang relatif tinggi karena penggunaan listrik yang terus-menerus.

  • Optimalisasi Nutrisi Air

Selama musim kemarau, kebutuhan tanaman akan air dan nutrisi mungkin berubah. Pastikan untuk mengukur kadar nutrisi dalam air secara teratur agar tanaman mendapatkan cukup asupan. Nutrisi yang tepat juga akan membantu tanaman tumbuh lebih cepat dan sehat meskipun sumber daya air terbatas. Menurut penelitian dari Universitas Wageningen, tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik dan nutrisi yang tepat dapat tumbuh 20-30% lebih cepat dibandingkan metode konvensional.

  • Tempatkan Tanaman di Area yang Terlindungi

Di musim kemarau, sinar matahari yang berlebihan dapat meningkatkan penguapan air, bahkan di dalam sistem hidroponik. Oleh karena itu, pertimbangkan untuk menempatkan tanaman di tempat yang ternaungi atau menggunakan rumah kaca dengan ventilasi yang baik. Ini tidak hanya akan membantu mengurangi penguapan air, tetapi juga menjaga suhu optimal bagi tanaman.

  • Pemanfaatan Air Limbah Daur Ulang

Air limbah domestik yang diolah dan didaur ulang dapat digunakan dalam hidroponik, asalkan telah melalui proses filtrasi dan penghilangan kontaminan. Beberapa komunitas pertanian di daerah kering, seperti di Palestina, telah memanfaatkan air limbah daur ulang untuk mendukung sistem pertanian hidroponik mereka.

Hidroponik di musim kemarau bukan hanya mungkin, tetapi juga menjadi solusi ideal untuk menghadapi keterbatasan air dalam pertanian. Dengan efisiensi penggunaan air yang tinggi, sistem sirkulasi tertutup, dan pemanfaatan limbah air daur ulang, hidroponik dapat menjadi alternatif untuk menjaga produktivitas pertanian. Meskipun tantangan musim kemarau dapat menjadi berat, penerapan hidroponik yang tepat dapat membantu petani tetap produktif sepanjang tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun