Generasi Z (Gen-Z), diidentifikasi sebagai generasi yang tumbuh dan berkembang sejalan dengan internet dan gadget. Mereka familiar dengan kemajuan perangkat teknologi serta pemanfaatannya dalam berbagai bidang kehidupan, seringkali dilekati dengan label "generasi instan". Kemudahan dan fleksibilitas akses terhadap informasi serta hiburan membuat Gen-Z terbiasa dengan kepuasan yang datang seketika.Â
Fenomena ini, dikenal sebagai  instant gratification, telah menjadi perhatian serius karena berpotensi menghambat perkembangan jangka panjang individu. Instant gratification adalah kecenderungan untuk mencari kepuasan secara cepat, instan, dan tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.Â
Dalam konteks akademik, hal ini dapat terlihat dari kebiasaan menunda tugas akhir, kurangnya motivasi untuk belajar secara mendalam, dan kesulitan dalam menghadapi tantangan. Penelitian menunjukkan bahwa otak manusia cenderung memilih hadiah kecil yang seketika itu ada, dari pada hadiah besar yang membutuhkan proses dan waktu untuk didapatkan.
Instant Gratification Menjadi Masalah?
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak negatif dari instant gratification terhadap perkembangan individu. Salah satu studi yang paling terkenal adalah Marshmallow Test. Eksperimen ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mampu menunda kepuasan untuk mendapatkan hadiah yang lebih besar cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik, hubungan sosial yang lebih sehat, dan tingkat stres yang lebih rendah di kemudian hari.Â
Studi tersebut juga dikuatkan oleh penelitian dari Duke University menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki kontrol diri lebih baik cenderung sukses secara akademis dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik di masa dewasa (Moffitt et al., 2011). Sebaliknya, peserta didik yang terbiasa dengan instant gratification cenderung kurang mampu mengembangkan keterampilan penting seperti ketekunan, kerja keras, dan kemampuan menghadapi kegagalan.
Masifnya laju kecanggihan teknologi digital semakin memperkuat instant gratification. Peserta didik kini memiliki akses ke berbagai sumber informasi instan melalui internet, yang meskipun informasi tersebut memiliki manfaat juga bisa membuat mereka kehilangan motivasi untuk menggali pengetahuan secara mendalam.Â
Penelitian oleh Pew Research Center (2018) menemukan bahwa 64% guru di Amerika Serikat merasa bahwa siswa mereka lebih bergantung pada teknologi untuk menemukan jawaban dengan cepat, daripada mengembangkan kemampuan pemecahan masalah atau pemahaman konseptual yang mendalam. Instant gratification juga memberikan dampak lain bagi Gen-Z, utamanya mereka yang masih dalam masa pendidikan dan sekolah. Efek yang mungkin timbul antara lain:
1. Menghambat Pembelajaran Jangka Panjang
Perilaku mencari kepuasan instan dapat menghalangi perkembangan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Sebagai contoh, siswa yang terbiasa menggunakan mesin pencari seperti Google dan bahkan memanfaatkan Ai (Artificial Intelligence) untuk menemukan jawaban suatu persoalan, besar kemungkinan siswa tersebut sulit memiliki kemampuan analitis yang diperlukan untuk pemahaman konsep yang lebih kompleks.
2. Kurangnya Kemampuan Mengatasi Tantangan
Peserta didik yang terbiasa mendapatkan hasil yang cepat mungkin akan kesulitan saat dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks dan waktu yang lebih lama. Ini dapat berdampak buruk pada kesiapan mereka untuk menghadapi dunia kerja, di mana keterampilan seperti ketekunan dan manajemen waktu sangat diperlukan.
3. Meningkatkan Stres dan KecemasanÂ
Fenomena instant gratification juga memberikan sumbangan terhadap meningkatnya tingkat stres dan kecemasan di kalangan siswa. Ketika peserta didik tidak terbiasa melakukan usaha maksimal (effort) dalam menyelesaikan tugas atau probelm, mereka menjadi lebih mudah frustrasi ketika tidak mendapatkan hasil yang diinginkan dalam waktu singkat. Menurut sebuah studi oleh American Psychological Association (2019), siswa yang memiliki pola pikir instant gratification cenderung lebih mudah mengalami stres saat menghadapi ujian atau tugas akademik yang menuntut.