Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

THR dari Murid=Gratifikasi?

8 April 2024   10:53 Diperbarui: 8 April 2024   12:11 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi THR Parcel Lebaran/dok. pri


Fenomena murid memberi THR (Tunjangan Hari Raya), akhir-akhir ini begitu ramai dijagat maya. Konten-konten murid memberi sembako, aneka kue lebaran, parcel, dan sejenisnya banyak berseliweran di media sosial. Sehingga, hal tersebut juga memantik respon netizen +62 dengan segala komentarnya. 

Respon paling menggelikan adalah ketika pemberian THR dari murid kepada guru disamakan dengan "gratifikasi" kepada pejabat pemerintahan. Menjadi pertanyaan besar, memangnya apa yang bisa dilakukan guru? Apakah akan diusut tuntas oleh KPK?

Apabila yang dikhawatirkan adalah akan munculnya diskriminasi pelayanan guru kepada siswanya. Misal, dampak dari pemberian THR itu guru akan  lebih loyal memberikan nilai yang bagus kepada siswa yang bersangkutan. Sungguh pemikiran yang teramat dangkal. Ada atau tidaknya THR, soerang guru pasti akan memberikan nilai terbaik kepada peserta didiknya meskipun dalam tahapan pencapaian kompetensinya siswa yang bersangkutan belum memenuhi. Bahkan, guru akan membuat "katrolan" nilai untuk muridnya yang bahkan mendapat nilai jelek. 

Karena sadar atau tidak, sistem pendidikan hari ini menghendaki begitu. Lihat saja amanat yang termuat dalam Kurikulum Merdeka baik tersirat maupun tersurat, bahwa tidak ada anak yang tinggal kelas. Ketertinggalan suatu capaian pembelajaran dapat diselesaikan pada fase berikutnya dengan memberikan catatan pada guru di fase yang dituju. Sehingga, agar murid bisa naik fase dengan capaian kompetensi yang masih kurang, apa yang dilakukan? Ya tentunya diberikan nilai terbaik sebagai jalan akhir.


Jika guru diberi THR lantas layanan dan perlakuan berbeda hanya kepada murid tertentu. Argumen tersebut tidaklah sepenuhnya sejalan dengan realita. Pada kenyataannya, THR dari murid kepada guru bisa jadi adalah bentuk terima kasih kepada guru di momen menjelang lebaran. Lagi pula, tidak setiap guru memiliki tunjangan yang sama berkaitan dengan THR. 

Hal ini terjadi, karena negara membagi kasta-kasta dunia perguruan. Ada namanya guru honorer yang gajinya per tiga bulan 200rb, ada pula guru PNS dan PPPK yang tentu gaji dan THR-nya sudahlah tak perlu dirisaukan lagi. Jadi, persoalan pemberian THR pada guru dari murid tak perlu menjadi bahan perdebatan. Biarkan para guru honor, guru bantu, guru kontrak menikmati pundi-pundi THR, setidaknya pada hari lebaran mereka bisa sejenak terlepas dari himpitan finansial dan kebutuhan hidup yang teramat berat. Perdebatkanlah kebijakan dan regulasi negara yang tak kunjung mampu menyelesaikan problem kesejahteraan guru di negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun