Salah satu kemukjizatan yang diterima Nabi Muhammad Saw, yaitu berupa perjalanan menuju langit ketujuh dalam kurun waktu satu malam. Peristiwa ini disebut sebagai Isra' Mi'raj. Momentum tersebut diperingati setiap tanggal 27 Rajab tahun Hijriah, banyak diantara kita memahami bahwah kisah Isra' Mi'raj adalah bentuk penghiburan dan hadiah dari Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw yang sedang dilanda duka, karena istri dan pamannya meninggal dunia. Â Dua orang tersebut merupakan pihak yang senantiasa mendukukung dan melindungi perjuangan beliau dalam mendakwahkan Islam. Sepeninggal Khadijah dan paman terkasihnya, Nabi Muhammad Saw mengalami intimidasi dan teror dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut membuat Rasullullah mendapatkan tekanan dari segala penjuru. Selayaknya manusia biasa, Rasulullah juga merasa sedih dan terhimpit batin serta mentalnya. Maka, Isra' Mi'raj adalah cara Allah Swt menghibur Nabi Muhammad Saw.
--
Artinya: "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
Runtutan peristiwa Isra' Mi'raj secara sederhana dibagi menjadi dua peristiwa yaitu Isra' dan Mi'raj. Isra' adalah perjalanan pada malam hari yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dari Ka'bah (Kota Makkah) menuju Baitul Maqdis (Madinah). Sedangkan, Mi'raj dimaknai sebagai kenaikan dan perjalanan Rasulullah Saw dengan izin Allah Swt beliau diangkat dari Baidtul Maqdis melewati 7 lapisan langit menuju Sidratul Muntaha. Pada peristiwa Mi'raj muncul adanya perintah shalat wajib 5 waktu bagi umat Islam.
Kemukjizatan Isra' Mi'raj
Isra' Mi'raj dalam khazanah Islam merupakan salah satu peristiwa sejarah yang penting dan sarat akan ilmu serta hikmah sekaligus bukti keimanan. Penulis mencoba merangkum bukti kemukjizatan Isra' Mi'raj dalam tiga point utama. Pertama, peristiwa Isra' Mi'raj menjadi satu-satunya peristiwa diluar nalar pada zaman itu, dimana Rasulullah Saw dengan izin Allah Swt melakukan telportasi (pengalihan materi dari satu titik ke titik lain tanpa melewati jarak antara kedua titik) dengan jasad dan ruh. Dalam kisah Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad diperlihatkan oleh Allah tempat terakhir manusia yakni surga dan neraka, diperlihatkan peristiwa akhir zaman. Hal ini hampir sama dengan peristiwa Ashabul Kahfi atas izin Allah bahwa penghuni gua telah tidur selama 300 tahun. Perbedaannya adalah penghuni gua melakukan perjalanan 300 tahun mendatang dan tidak ke masa awal mereka tidur, sedangkan Nabi Muhammad melakukan perjalanan sampai hari kiamat dan kembali ke masanya lagi. Dari peristiwa ini menunjukkan tanda kuasa Allah kepada umat manusia bahwa waktu bersifat tidak pasti.
Kedua, dalam momentum Isra' Mi'raj tersirat makna tentang masjid dan shalat. Sebagaimana telah diketahui bahwa peristiwa ini melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa padahal kita meyakini bahwa Allah bisa berkendak untuk langsung mengantar Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha. Hal tersebut  menyiratkan pada kita betapa pentinya sebuah masjid bukan hanya sekedar tempat, melainkan masjid juga bermakna ruh dan aktivitas. Sebuah analogi sederhana, "Saya berada di sekolah, maka inilah tempat sujud saya sehingga aktivitas di sekolah adalah menopang sujud dan merefleksikan sikap sujud". Sikap sujud dalam artian patuh segala nilai positif pada institusi, tidak angkuh, jujur dan taat pada nilai-nilai kebaikan. Redaksi dalam kisah Isra' Mi'raj dituturkan  juilal ardhu masjidaa (dijadikan bumi sebagai masjid), sehingga umat Islam bisa melaksanakan sholat di mana saja. Masjid juga harus menjadi sentral utama umat Sslam. Ketiga, peristiwa Isra' Mi'raj memberi pengertian tentang komitmen keimanan umat Islam. Atas peristiwa ini Rasulullah Saw dinistakan oleh kaum kafir, beliau dianggap berhalusinasi karena mencerikatan sebuah perjalanan yang tidak masuk akal dan hanya orang-orang beriman yang mempercayai kisah Isra' Mi'raj ini.
Hikmah Isra' Mi'raj dan Pentingnya Safar
Melalui Isra' Mi'raj kita memahami sisi sifat alamiah Nabi Muhammad Saw sebagai manusia, dimana beliau juga bisa bersedih dan tertekan oleh situasi-sistuasi yang tidak  menyenangkan. Rasulullah Saw yang kehilangan dua orang penting yakni Khadijah, istrinya dan Abu Thalib, pamannya. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga mendapati teror secara fisik dari orang-orang Quraisy dan tidak mendapat perlindungan dari orang Madinah. Kondisi tersebut juga membuat Nabi Muhammad Saw selayaknya dengan manusia biasa tentu mengalami kebuntuan dan terganggu mental psikologisnya, maka Allah menghibur Nabi Muhammad dengan memperjalankannya ke langit.
Kita sebagai manusia biasa tentunya juga dapat mengalami situasi buntu ketika dihadapkan dengan dinamika persoalan kehidupan, situasi ekonomi sulit, keharmonisan keluarga yang terganggu, anak susah diatur, dan problematika lainnya. Salah satu langkah untuk meredakan itu semua adalah dengan melakukan safar atau jalan-jalan sebentar. Umumnya dengan melakukan perjalanan atau berkunjung ke suatu tempat, seseorang akan segar jiwa dan raganya sehingga ia menemukan ide-ide cemerlang untuk menghadapi ragam persoalan hidupnya. Tetapi, dengan catatan bahwa safar atau perjalanan yang dilakukan adalah pada hal yang positif. Bukan pada perjalanan yang memperturutkan hawa nafsu dan sikap hedonis. Jangan seperti fenomena masa kini, banyak orang melakukan perjalanan atau berkunjung ke suatu tempat untuk "healing" dari kelelahan dan stress, namun ternyata dalam perjalanan itu malah terisi dengan hura-hura.Â
Isra' Mi'raj memberikan satu peringatan bahwa setiap manusia akan melalui proses kehidupan dengan berbagai macam rintangan dan ujian. Kedua hal tersebut pasti akan dihadapi oleh manusia, sehingga Allah Swt juga memberikan panduan untuk menghadapinya yaitu dengan sabar dan shalat. Sebagaiman tertuturkan dalam firman-Nya:
 Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Qs. Al-Baqarah; 153)