Guru salah satu pilar penting dalam pembangunan bangsa. Praktisnya guru menjadi tangan pertama untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk kepentingan kemajuan negara. Namun, demikan posisi yang strategis itu tidak serta merta menjadikan guru sebagai salah satu profesi yang berkelas dan menjadi pilihan utama.
Kendati APBN Indonesia 20% nya terserap untuk pendidikan, hal tersebut juga tak kunjung membuat mutu pendidikan negeri ini maju atau minimal sejajar dengan negara tetangga (Malaysia dan Filipina). Problem mutu pendidikan dan kesejahteraan guru manjadi masalah yang kian mengakar kuat hingga rasanya sulit mencari solusinya.
Program sertifikasi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan sekaligus mensejahterakan guru, ternyata juga menghadapi silang sengkarutnya. Aloh-alih meningkatkan kompetensi, justru banyak guru yang hanya mengejar tunjangan profesi , dan sebagainya. Hal ini nyata adanya mana kala Mantan Presiden RI, Jusuf Kalla memberikan sambutan di hadapan guru-guru PGRI beberapa tahun yang lalu, setiap kali ia memaparkan soal hal-hal yang berbau akademis, para guru terebut hanya diam. Namun ketika disinggung soal kesejahteraan, sontak guru-guru tersebut langsung bersorak dan bertepuk tangan. "Jadi saya prihatin juga di situ, perhatian kepada guru sudah mulai berbeda. Guru lebih pragmatis," pungkas Jusuf Kalla.
Dilema memang, di tengah tuntutan meningkatkan kualitasnya, guru juga terbebani dengan kebutuhan ekonomi yang kian menggunung. Sehingga banyak kita jumpai seorang dengan  profesi guru terkadang nyambi dengan berjualan online, ojek online, bahkan membuka les-lesan privat dengan tarif tertentu. Ya, semua itu adalah realitasnya dan para guru tidak dapat menghindarinya.
Alasan paling rasional adalah guru juga manusia yang punya hajat kebutuhan ekonomi, ketika gaji guru sangat minim tentunya mereka akan mencari tambahan penghasilan laiinnya demi tercukupinya kebutuhan keluarga. Menuntut negara untuk sesegara mungkin memperbaiki kesejahteraan seluruh guru juga membutuhkan waktu, bahkan hingga kini negara masih berjuang merealisasikan.Â
Dalam situasi yang seperti itu maka, kesadaran guru lah yang akan menyelamatkan mutu pendidikan. Guru yang memiliki kepekaan terhadap situasi ini minimal ia akan terketuk nuraninya untuk meningkatkan kualitas dirinya sehingga ia benar-benar menjadi guru yang ideal, guru yang memotivasi, dan guru yang dirindukan anak didiknya. Walaupun sembari berjualan dan sebagainya.
Adapun guru yang acuh terhadap problem akademik, yang terjadi adalah kemunduran mutu pendidikan akan samakin tampak, idelisme mendermakan ilmu akan menjadi pola pendidikan kapitalis. Nah, sekarang para guru tinggal memilih menjadi figur guru yang mana. Karena pada dasarnya profesi guru adalah profesi perjuangan dan pengabdian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H