Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tujuan Pendidikan Islam di Tengah Keanekaragaman Konsepsi Hakikat Manusia

31 Mei 2020   09:07 Diperbarui: 1 Juni 2020   05:52 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan proses untuk membentuk manusia selayaknya.  Pemahaman yang benar akan siapa sebenarnya tentang manusia adalah sebuah keberhasilan awal sebelum melakukan proses pendidikan.  Pemahaman yang tepat terhadap konsep diri manusia akan memudahkan mengurai proses-proses pendidikan kedepannya, sehingga akan terlihat output kualitas manusia yang ideal,yaitu manusia yang mampu memperhatikan dan melaksanakan setiap inci tata kehidupan yang bersumber dari agama atau norma yang lain. Merujuk pada hasil World Conference on Muslim Education di Makkah 31 Maret sampai 8 April 1977  pendidikan Islam juga memiliki visi besar untuk menjadikan manusia yang seutuhnya mulai level individu hingga masyarakat.

Pendidikan juga menjadi tolak ukur sebuah kemajuan masyarakat maka, rumusan tujuan pendidikan adalah idealisme dan cita-cita tersirat dalam alam berfikir masyarakat. Rumusan tersebut memberikan sumbangan pada pendidikan berupa arah visi yang akan menuntun laju proses pendidikan menuju kondisi ideal yang dikehendaki masyarakat, dengan begitu pendidikan akan menemukan kualitasnya. Tujuan pendidikan Islam memiliki ragam dan corak, hal ini dipengaruhi oleh realitas problem masyarakat yang beragam pula. Lantas pendidikan Islam menjadi aspek yang disakralkan untuk mengurai dan menuntaskan problem tersebut. Pembacaan terhadap realitas problem masyarakat melahirkan sebuah sudut pandang pemikiran pendidikan.

Problem  paling menonjol adalah pendidikan Islam itu sendiri, dimana sebagai salah satu tatanan sistem sosial belum mampu mewujudkan kondisi masyarakat yang ideal bahkan pendidikan Islam di era kini terkesan under class dibandingkan dengan yang lainnya. Problem lainnya adalah pengajaran agama yang bersandar pada bentuk metodologi yang bersifat statis indoktrinatif-doktriner.  Ditambah dengan problem aksiologis, salah satunya adalah pendidik dan tenaga pendidikannya mulai memudar dengan doktrin awal pendidikan Islam tentang konsep nilai ibadah dan dakwah syiar Islam. Pendidik juga disibukkan dengan hal-hal teknis seperti tunjangan honor, tunjangan fungsional dan tunjangan sertifikasi.

Pembacaan kembali kepada konseptual pendidikan Islam menjadi penting untuk dilakukan mengingat problem substansi pendidikan Islam di atas. Dalam makalah, penulis akan mencoba  menguraikan, beberapa pemikiran dari tokoh-tokoh pendidikan muslim kontemporer. Tokoh-tokoh itu adalah Mohamad Iqbal yang memiliki pemikiran tentang kehendak, Syed Muhamad Naquib Al-Attas dengan konsep adabnya, Syed Hossein Nasr dengan pemikirannya tentang kosmologi suci (penegak tatanan kosmos) dan Suhailah Hussien dengan pemikiran pedagogi kritik versi Islam.

Mengetahui dan memahami pemikiran-pemikiran dari keempat tokoh di atas, setidaknya dapat menjadi referensi untuk merumuskan hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan yang sesuai dengan cita-cita dalam rangka memanusiakan manusia sekaligus menguraikan solusi atas problem umat dan kemanusiaan. Dalam upaya kajian terhadap empat tokoh di atas akan diuraikan latar belakang sosiokultural, politik, dan ekonomi masing-masing tokoh dengan harapan akan menjadikan rumusan solusi atas masalah yang ada. Dimana substansi pendidikan Islam tidak dipahami secara utuh dan kerap diabaikan sehingga pendidikan Islam sulit berdiri sebagai satu bangunan ilmu dan solusi atas permasalahan umat dan  kemanusiaan.
   
B. Hakikat Manusia Menurut Empat Filosof Muslim Kontemporer
Dalam kajian Filsafat Pendidikan Islam, para pakar membagi beberapa kategori perkembangan pemikiran pendidikan Islam yaitu masa klasik, masa pertengahan dan masa kontemporer. Masa kontemporer adalah era yang terdekat dengan masasekarang. Sehingga, konteks latar belakang sejarah, sosial, dan politiknya relatif mirip. Demikian pula tokoh-tokoh pendidikan masa kontemporer menjadi rujukan paling dekat untuk merumuskan hakikat manusia sebagai mansukan penting terhadap kosep pendidikan Islam. Berikut uraian singkat tentang hakikat manusia menurut empat tokoh muslim  kontemporer.

1. Hakikat Manusia menurut Mohamad Iqbal
Mohamad Iqbal beranggapan, hakikat esensial manusia adalah kehendaknya, bukan nalar atau pemahamannya. Kemauan adalah suatu virus daya yang mahabesar yang mendorong aktivitas manusia. Pendidikan pada masanya dikritik sebagai pendidikan yang cenderung membentuk karakter yang bukan-Muslim, yaitu lebih melatih nalar manusia daripada kehendaknya. Baginya hakikat pendidikan adalah pelatihan kehendak manusia.

Lantas, mengapa  ia melihat hakikat manusia pada kehendaknya karena bagi Iqbal, kehendak merupakan sebuah kekuatan yang mendorong seluruh aktivitas manusia. Kombinasi dari berbagai kehendak yang pemenuhannya terarah pada suatu tujuan akan membentuk kepribadian manusia. Lebih lanjut menurut Iqbal kepribadian ideal adalah kepribadian yang dipimpin oleh kehendak dalam mencintai Tuhan, atau dalam bahasa lain disebut sebagai kehendak transedental.

2. Hakikat Manusia menurut Syed Mohamad Naquib Al-Attas
 Al-Attas berpendapat bahwa hakekat manusia adalah adabnya.  Makna adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap realitas bahwa ilmu dan segala yang ada terdiri dari hirarki yang sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatan-tingkatannya, dan bahwa seseorang itu mempunyai tempatnya masing-masing dalam kaitan-nya dengan realitas tersebut dan dengan kapasitas serta potensi fisik, intelektual dan spiritualnya.  Konsep Manusia beradab adalah individu yang sadar sepenuhnya akan individualitasnya dan sadar akan hubungannya yang tepat dengan dirinya, Tuhannya, masyarakatnya, dan alam, baik yang tampak maupun yang gaib. Itu artinya, kesadaran akan tempat segala sesuatu dalam sistem penciptaan yang mengantarkan manusia kepada kesadaran akan Tuhan dalam susunan yang ada (being).

Salah satu realisasi dari adab adalah bersikap bijaksana dalam menjalin hubungan dengan alam. Manusia mendapatkan mandat dalam mengelola alam, artinya manusia bisa mengambil keutamaan-keutaman alam, di sisi lain manusia juga melestarikan keutamaan. Contoh sederhana adalah manusia boleh menebang hutan untuk pemenuhan kebutuhannya, tetapi manusia tidak boleh menebang hutan tanpa kendali, karena hal tersebut akan mengganggu kesimbangan alam yang berdampak pada manusia juga.

3. Hakikat Manusia menurut Syed Hossein Nasr  
Nasr mengemukakan bahwa manusia merupakan pertengahan diantara dunia materi-fisik dan dunia spiritual, salah satu tugas manusia adalah menegakkan tatanan kosmos. Manusia mempunyai jiwa yang digunakan sebagai wahana spiritual atau ketuhanan. Jiwa merupakan indera manusia yang dapat digunakan manusia untuk mengenal Tuhan yang suci. Melalui jiwa manusialah Tuhan dapat memasuki ke bentuk manusia, dan dapat diteruskan ke dalam alam fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun