Tidak ada yang bisa dibanggakan dari puasa hingga lemasnya raga. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari membludaknya shaf-shaf tarawih. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari tadurus Al Quran hingga bersaing berjuz-juz.
Ya, karena memang sejatinya amalan itu hening dari pamer dan ujub diri serta berbangga. Karena puasa dan rangkainnya itu adalah untuk Allah, "Maka puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan mengganjar pahalanya", demikian Allah berfirman dalam salah satu hadist qudsinya.
Ramadhan tahun ini, mungkin tak seriuh tahun-tahun biasanya. Riuh semarak tarawih akan dikembalikan kepada hakikatnya, yaitu menghidupkan malam mesra beriring tangis penuh harap bergandeng takut nan syahdu di bilik-bilik rumah.
Asy Syaikh Ahmad Ar Raisuni pernah mengingatkan, "Menegakkan qiyamul lail Ramadhan secara berjama'ah di masjid adalah sunnah Khulafaur Rasyidin. Menegakkannya di rumah-rumah kita sendiri adalah sunah Rasulullah Shalallahu 'alaihissalam. Jadi, kita sejujurnya sedang beralih dari sunah yang utama menuju sunnah yang lebih utama.
Ramadhan tahun ini, hendak men-tarbiyah kita untuk memamerkan ibadah hanya kepada Sang Pemilik Jagad, Allah azza wa jalla. Karena barang kali ibadahnya kita selama ini bukan karena-Nya.
Ya, Ramadhan boleh sunyi dan senyap. Namun, harus tetap ramai dan bergelora semangat dalam qalbu. Berniat sedalam-dalamnya bahwa untuk beribadah dalam keheningan, dekat dengan persaksian Allah semata.
Selamat menjalankan ibada puasa Ramadhan 1441 H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H