Membesarkan Ranting Aisyiyah
Bu Rohah mengajak teman-temannya untuk bergerak maju meninggalkan kejumudan dan ketertinggalan  kaum perempuan di desanya. Bu Rohah memanfaatkan Ranting Aisyiyah sebagai media gerakan dakwah perempuan yang apik.
Mengemas lingkungan yang sejalan dengan kebutuhan serta memberikan ruang kepada perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif tanpa beban dan tekanan. Pendekatan interpersonal dan kultural adalah strategi jitu untuk mengajak teman-temannya berjuang.
"Dakwah iku ora iso dewekan, ora perlu akeh sing penting koe due kanca sing mbok percaya iso ngewangi lan nyemangati" (Dakwah itu tidak bisa sendirian, tidak perlu orang banyak yang penting kamu punya teman yang dapat dipercaya dan member semangat)", kata Bu Rohah.
Maka, benarlah selama memimpin Ranting Aisyiyah, Bu Rohah selalu menggunakan pendekatan personal untuk menarik simpati teman-temannya agar mau ikut serta berjuang dijalan dakwah yang ia rintis. Menempatkan tema-temannya bukan sebagai anak buah, melainkan partner berjuang bersama sejalan dengan kemampuan masing-masing.
Berkat kerja keras dan kerjasama yang solid dibawah pimpinan Bu Rohah, Ranting Aisyiyah Karangturi kini berkembang menjadi organisasi perempuan yang diperhitungkan di Desa Karangturi dan telah mampu memberdayakan kaum perempuan disana dengan kegiatan-kegiatatan positif yang membangun.
Pendidikan anak usia dini, kajian intensif, dompet kemanusiaan, TPA Ibu-ibu, kewirausahaan, adalah sebagian kecil agenda Ranting Aisyiyah Karangturi dalam usaha mencerdaskan kaum perempuan dan menyadarkan bahwa tugas perempuan tidak hanya berakhir pada wilayah domestik saja.
Dakwah, Duit dari Mana?
Bu Rohah pernah ditanya salah satu kawannya,"Awake dewe ngaji butuh biaya lhah iki seko ngendi? Transport ustadz pie, snack pie?" (Kita mengaji butuh biaya dari mana? Transport ustadz bagaimana? Snack bagaimana?)
Menjawab pertanyaan itu, Bu Rohah mengawalinya dengan sedekah dirinya sendiri. Beliau menanggung akomodasi ustadz dan menyediakan snack untuk kajian. Dengan begitu jama'ah yang lainnya tergerak hatinya untuk ikut bersedekah menanggung biaya kajian bersama itu.
Bagi Bu Rohah, finansial dalam dakwah itu bisa dicari dan Allah pasti memberikan jalan keluar. Bu Rohah berpandangan bahwa harta itu jangan sampai ditumpuk-tumpuk harus ada yang digunakan untuk kehidupan umat.
"Nek awake dewe dakwah masalah sedekah, awake dewe kudu menehi tuladha sing tenanan supoyo wong sing di dakwahi iku ngeh terus melu-melu sedekah karo infaq", kata Bu Rohah. (Kalau kita berdakwah tentang sedekah, kita harus memberikan contoh keteladanan supaya orang yang kita dakwahi itu yakin dan mau ikut bersedekah).
Kini di usia 64 tahun Bu Rohah masih mengemban misi dakwahnya. Semangatnya tak pernah surut. Ujian, tempaan, dan rintangan telah banyak ia lalui, namun baginya dakwah tak mengenal kata usai atau cukup.