Mohon tunggu...
Humam Mutawakkil
Humam Mutawakkil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Duta Bahasa DIY.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Turunkan Angka Prevalensi Stunting, Mahasiswa KKN UIN Sunan Kalijaga Ajarkan Independent Feeding

12 Agustus 2023   19:54 Diperbarui: 12 Agustus 2023   20:01 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa KKN 111 UIN Sunan Kalijaga mengadakan acara Penyuluhan Stunting yang bertemakan "Peran Masyarakat dalam Upaya Menekan Angka Prevalensi Stunting di Desa Kembang, Kabupaten Pacitan". Acara tersebut dilaksanakan pada hari Senin (07/08/23) yang berlokasi di Balai Desa Kembang dan diikuti oleh ibu-ibu dari seluruh dusun beserta kader PKK di Desa Kembang.

Pelaksanaan acara penyuluhan ini didasarkan pada fakta bahwa Pacitan menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan angka stunting yang tergolong tinggi. Berdasarkan data yang dimiliki oleh BKKBN Jawa Timur, sebanyak 20,6% balita yang ada di Kabupaten Pacitan mengalami kondisi stunted dengan melihat dari tinggi badan balita yang disesuaikan dengan umur. 

Penyuluhan tersebut dibuka oleh Najwa Salamah sebagai pewara, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan acara secara simbolis oleh Bapak Sahudi, S.H. selaku Kepala Desa Kembang. Dalam sambutannya, Sahudi menyampaikan bahwa setelah pandemi, angka balita stunting di Desa Kembang yang semula dua anak melonjak menjadi 19 anak.

Acara Penyuluhan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber dengan dipandu oleh Umi Rohmah selaku Moderator.

Narasumber pertama, Ir. Kuriyah M.M,, dari Dinas PPKB & P3A Kabupaten Pacitan yang menyampaikan tentang upaya dan langkah-langkah dalam mengatasi stunting. Ia memaparkan bagaimana seorang anak dikategorikan stunting berdasarkan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh anak tersebut.

"Balita dengan kondisi stunting sudah pasti pendek, namun balita yang pendek belum tentu mengalami stunting" ucapnya. 

Pernyataan Kuriyah tersebut sontak mengubah stigma masyarakat bahwa anak pendek pasti stunting, dan untuk menentukan apakah balita tersebut mengalami stunting atau tidak, maka harus dilihat dari ciri-ciri lain yang tampak pada anak, seperti pertumbuhan balita yang mengalami keterlambatan dari usia seharusnya.

Ahmad Khuzaini, AMG., narasumber kedua dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan menyampaikan hal yang terkait dengan gizi balita. Dalam hal ini beliau menyampaikan tentang pemberian ASI yang berperan besar dalam perkembangan balita. Selain itu disampaikan pula pentingnya nutrisi yang seimbang bagi pertumbuhan balita sehingga terhindar dari kondisi stunting. Khuzaini menyebutkan bahwa peran orang tua sangat dibutuhkan dalam menghadirkan gizi seimbang serta nutrisi yang cukup bagi anaknya. Pola tumbuh seorang anak bergantung pada bagaimana cara orang tua mengasuh dan mengatur pola makan serta pemenuhan gizi pada anak.

Setelah materi kedua selesai disampaikan, dilanjutkan dengan pemaparan materi terakhir oleh Yuli Rahmawati Mutiah, M.A., akademisi dari University of Warith Al Anbiyaa, Irak. Materi yang disampaikan adalah mengenai Independent Feeding atau makan sendiri. Yuli juga menyampaikan informasi terkait tingginya angka stunting balita Indonesia di tingkat dunia.

"Indonesia menjadi negara dengan peringkat ke-36 negara dengan kasus balita stunting di dunia" ucapnya merujuk pada data dari WHO.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun