Mohon tunggu...
Humam Mutawakkil
Humam Mutawakkil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Duta Bahasa DIY.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peringatan Sumpah Pemuda: Bahasa Indonesia Layak Menjadi Bahasa Internasional.

28 Oktober 2022   08:19 Diperbarui: 28 Oktober 2022   08:37 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat berpengaruh terhadap tumbuhnya komunitas-komunitas antar bangsa untuk mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat umum. Kepentingan tersebut antara lain dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik, pertahanan dan teknologi. Komunitas antar bangsa dalam suatu wilayah sangat perlu dibentuk guna memajukan berbagai sektor penting pada setiap negara anggota. Hal ini tumbuh dari kesadaran bahwa suatu negara tidak dapat berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu cara yang tepat dan efektif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah dengan merangkul serta menggandeng negara-negara tetangga sebagai suatu lingkup simbiosis mutualisme.

Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam mobilitas komunikasi antar negara dengan berbagai kebudayaan. Sebuah komunitas yang di dalamyan terdapat bergam bahasa induk akan menjadikan proses komunikasi menjadi sulit. Jalan keluar untuk permasalahan tersebut adalah dengan membentuk kesatuan bahasa dalam komunitas antar bangsa tersebut untuk memudahkan setiap orang dalam berinteraksi, berkerja sama dan tentunya dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Kesatuan bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam suatu komunitas antar bangsa. ASEAN sebagai salah satu komunitas antar bangsa di dunia yang beranggotakan negara-negara dengan bahasa induk yang berbeda-beda sangat perlu menentukan bahasa kesatuan atau bahasa bersama. Hal ini bertujuan untuk memudahkan ASEAN dalam mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Cliff Goddard dalam bukunya "The Languages of East dan Southeast Asia: An Introduction", menyebutkan persebaran bahasa di Asia Tenggara, yaitu bahasa Indonesia dan Malaysia (Malay/Melayu) sebanyak 200 juta, bahasa Jawa sebanyak 75 juta, bahasa Tagalog 50 juta, bahasa Sunda 30 juta dan sisanya bahasa lain. Menurut pendapat ini, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu merupakan dua bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di wilayah Asia Tenggara. Namun bahasa Indonesia jika ditinjau dari sisi politis identitas memiliki keunggulan daripada bahasa Melayu. Selain itu, bahasa Indonesia juga terbukti dapat mempersatukan berbagai etnis dan suku yang di berbagai pulau di Indonesia dengan beragam bahasa yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa bahas Indonesia dapat diterima oleh berbagai kalangan dan menarik untuk dipelajari.

Bahasa Indonesia, sebagai bahasa yang resmi dijadikan sebagai bahasa persatuan Negara Indonesia pada momen sumpah pemuda 28 Oktober 1928, memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi bahasa kedua ASEAN, bahkan menjadi bahasa internasional. Banyak fakta dan alasan yang mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia layak dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN, tentunya setelah bahasa Inggris yang memang merupakan bahasa internasional atau lingua franca. Namun seringkali bahasa Indonesia hanya dianggap sebagai alat komunikasi saja. 

Perlu disadari bahwa bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang strategis untuk berekspansi ke ranah yang lebih luas melalui diplomasi kebahasaan, salah satunya yaitu menjadikannya sebagai embrio dan bahasa resmi di ASEAN. Tingginya minat orang asing untuk belajar bahasa dan kebudayaan Indonesia juga memperkuat alasan untuk dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di ASEAN. Hal ini dikemukakan oleh Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri, Andri Hadi, yang mengatakan bahwa saat ini ada 45 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia seperti Australia, Amerika, Kanada, Vietnam dan banyak negara lainnya. Pernyataan ini disampaikan Andri Hadi pada pleno Kongres IX Bahasa Indonesia pada tahun 2018. Mengambil contoh Australiaa, Andri Hadi menyatakan bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat di Australia, di sana terdapat sekitar 500 sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia.

Dalam merealisasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di ASEAN, diperlukan upaya-upaya yang dapat menunjang keberhasilannya. Memang tidak mudah untuk mewujudkan hal tersebut. Namun demikian bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Beberapa cara yang dapat dikaukan yaitu dengan melaksanakan upaya diplomasi kebahasaan, mendirikan tempat-tempat kursus pembelajaran bahasa Indonesia di negara-negara ASEAN dan yang tidak kalah penting adalah menasionalisasikan bahasa Indonesia sendiri. Nasionalisasi yang dimaksud adalah menanamkan rasa kecintaan terhadap bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu urgensi dari menurunnya minat masyarakat Indonesia terhadap bahasa Indonesia itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun