Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi bakteri. Secara umum, antibiotik bekerja dengan dua cara yaitu menghentikan pertumbuhan bakteri atau membunuhnya langsung. Sebelum ada antibiotik, penyakit akibat infeksi bakteri sering kali berujung pada kematian. Contohnya, infeksi kulit yang terlihat ringan sekalipun bisa memburuk dan menyebabkan kematian karena belum ada obat yang mampu mengatasi infeksi tersebut.
Resistensi antibiotik akan terjadi apabila pengguanaannya yang tidak tepat. Apa itu resistensi antibiotik? Resistensi antibiotik merupakan kondisi di mana bakteri akan menjadi kebal terhadap antibiotik, sehingga obat tersebut tidak lagi efektif atau dengan kata lain tidak manjur untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri yang telah kebal terhadap antibiotik bisa menular dari individu ke individu yang lain. Selain itu, "kekebalan" yang dimiliki oleh satu bakteri juga bisa ditransfer ke bakteri lain. Inilah alasan mengapa resistesi antibiotik bisa berkembang begitu cepat daripda penemuan antibiotik baru.
Resistensi pada antibiotik ini dapat menyebabkan kematian kepada penderita, dikarenakan bakteri yang ada karena resisten antibiotik memiliki kesulitan yang lebih untuk diobati dan tidak sedikit penderita yang mengalami resistensi antibiotik  membutuhkan pengobatan yang lebih intensif dalam kurun waktu yang cukup lama.
Menurut WHO, resistensi antibiotik di seluruh dunia saat ini telah mencapai tingkat yang sangat menghawatirkan. mekanisme resistensi bar uterus bermunculan dan menyebar secara menyeluruh, sehingga menyebabkan ancaman untuk kita saat akan mengobati berbagai penyakit menular. Penyakit seperti peradangan paru-paru, tuberculosis, keracunan darah, gonore, dan penyakit bawaan dari makanan akan menjadi semakin sulit, bahkan tak jarang juga mustahil untuk diobati karena efektivitas antibiotik terus menurun.
Penyebab Resistensi Antibiotik:
Resistensi antibiotik terjadi karena berbagai sumber yang saling berkaitan, diantaranya:
1.Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
Menggunakan antibiotik tidak sesuai aturan pakai, contohnya untuk mengobati sakit flu dan batuk yang sebharusnya tidak perlu menggunakan antibiotik, menghentikan penggunaan antibiotik sebelum selesai, atau mengkonsumsim dosis yang salah
2.Penggunaan antibiotik pada hewan ternak
Di peternakan, antibiotik sering dipakai secara berlebihan yang tidak sesuai dengan ketentuan penggunaan antibiotik, hal ini banyak digunakan karena dianggap dapat mencegah penyakit atau mempercepat pertumbuhan hewan. Akibatnya, muncul bakteri resisten yang bisa menular ke manusia melakui makanan atau kontak langsung.
3.Kurang Pengawasan dan Edukasi
Banyak orang yang belum paham pentingnya menggunakan antibiotik dengan benar. kurangnya pengetahuan, baik di masyarakat maupun di kalangan tenaga kesehatan
Cara Mencegah Resistensi Antibiotik
Pencegahan resistensi antibiotik membutuhkan kerjasama dari semua pihak, mulai dari individu hingga pemerintah. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1.Penggunaan antibiotik yang bijak
Menggunakan hanya sesuai petu juk dokter dan bila benar-benar diperlukan. Memastikan menghabiskan antibiotik yang di resepkan meskipun gejala sudah membaik, hal ini untuk memastikan apakah semua bakteri penyebab infeksi telah mati dan untuk mencegah resistensi.
2.Edukasi masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai bahaya resistensi antibiotik dan pentingnya menggunkakan antibiotik yang tepat.
3.Pengembangan antibiotik baru
Penelitian untuk menemukan antibiotik baru penting untuk menghadapi resistensi. Namnun, karena prosesnya mahal dan lama, pencegahan resistensi tetap menjadi prioritas utama.
4.Pengawasan dan pemantauan resistensi
Memantau penggunaan antibiotik dan perkembangan resistensi secara ketat.
Resistensi antibiotik merupakan ancaman yang nyata dan tidak boleh diabaikan, penyebab utama dari  penggunaan antibiotik yang tidak tepat, baik kepada manusia maupun hewan, serta peningkatan bakteri resistensi. Mempunyai dampak yang sangat-sangat merugikan, karena dapat menyebabkan kematian. Untuk mencegah resistensi, diperlukan kerjasama semua pihak, termasuk menggunaan antibiotik yang bijak, memberikan edukasi kepada masyarakat, pengembangan antibiotik baru dan pengawasan yang ketat. Langkah-langkah ini sangat penting agar antibiotik tetap efektif di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H