Fast fashion adalah sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan mode busana yang tersedia dengan harga yang relatif murah saat ini. Kata "fast" menunjukkan betapa cepat retailer (pengecer) bisa memindahkan desain dari catwalk (show) ke toko, dengan mengikuti permintaan konstan untuk gaya yang lebih banyak dan bervariasi.Â
Dengan lahirnya globalisasi dan pertumbuhan ekonomi secara global, rantai pasokan telah menjadi internasional, menggeser pertumbuhan serat, manufaktur tekstil, dan konstruksi garmen ke daerah dengan tenaga kerja yang lebih murah.Â
Peningkatan konsumsi mendorong produksi pakaian murah, dan harga ditekan dengan outsourcing (Alih daya) produksi ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah(Bick et al., 2018).
Industri fast fashion sudah lama berada di dalam kategori perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti perusakan lingkungan, eksploitasi tenaga kerja, dan masih banyak lagi. "Fast fashion" adalah sebuah istilah yang dipakai untuk memperlihatkan strategi yang digunakan retailer (pengecer) untuk menyampaikan tren yang muncul dengan cepat.Â
Saat siklus mode semakin hari menjadi semakin cepat, ini mengarah kepada teknik produksi yang tidak berkelanjutan untuk memenuhi permintaan konsumen dan meningkatkan keuntungan(Liu et al., 2020).
Menurut Business Insider, dari produksi mode sendiri terdiri dari 10% total emisi karbon global yang dihasilkan. Kegiatan ini mencemari sungai dan 85% dari tekstil dibuang ke tempat pembuangan sampah setiap tahun. Bahkan dengan hanya mencuci pakaian saja kita sudah melepaskan 500.000 ton microfiber plastic ke laut setiap tahunnya, setara dengan 50 miliar botol plastik (Maiti, 2020).
Tanpa kita sadari kegiatan fast fashion ini sangat berbahaya untuk lingkungan kita dari emisi karbon dioksidanya, limbah tekstilnya, sampai limbah microfiber plastic-nya yang bahkan masih banyak orang tidak tahu akan hal tersebut.Â
Oleh karena itu pengetahuan akan fast fashion ini sangat penting karena tanpa industri fast fashion saja lingkungan kita sudah dalam ancaman, yaitu climate change dengan sedikit dari kesadaran kita, kita dapat membantu mengurangi sedikit polusi yang dikeluarkan dari industri fashion.
Dari masalah yang sudah diuraikan sebelumnya kita harus mulai sadar akan bahaya dari fast fashion. Akhir-akhir ini para aktivis lingkungan mulai memiliki pemikiran baru untuk mengurangi kegiatan di industri fast fashion yaitu dengans berubah menjadi sustainable fashion atau terkadang disebut juga slow fashion.Â
Sustainable fashion adalah istilah inklusif yang menggambarkan produk, proses, aktivitas, dan aktor (pekerja dan konsumen) yang bertujuan untuk membuat industri mode menjadi netral karbon, yang dibangun di atas kesetaraan, keadilan sosial, kesejahteraan hewan, dan integritas ekologis (Henninger et al., 2016).
Kekhawatiran tentang masa depan disibukkan oleh perubahan lingkungan. Menanggapi kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari produksi dan konsumsi pakaian, pendekatan baru yang merupakan salah satu prinsip dari sustainable fashion adalah daur ulang, daur ulang telah menjadi terkenal di antara para pemimpin industri yang bertujuan sukses di masa depan (Brooks et al., 2017). Dengan prinsip daur ulang kita dapat mengurangi siklus penggunaan air berlebih saat membuat baju dan juga mengurangi limbah tekstil yang dihasilkan.
Sustainable fashion juga mendorong industri fashion untuk merubah bahan sintetis mereka menjadi bahan organik, yaitu katun organik dengan 100% bahan yang ramah lingkungan sehingga jika memang sudah tidak bisa di daur ulang pakaian tersebut dapat terurai dengan baik.Â
Kapas ditanam di seluruh dunia dan merupakan tanaman yang penting di dalam sektor ekonomi untuk banyak negara, tetapi menanam kapas secara organik masih merupakan komponen kecil dari total produksi (Ellis et al., 2012).Â
Dengan menggunakan katun organik yang 100% berasal dari kapas tanpa bahan sintetis industri fashion tidak hanya meningkatkan industri mereka saja tetapi juga industri pertanian kapas juga.
Solusi yang disediakan oleh pemerintah Indonesia sendiri secara eksak belum ada tetapi sudah tertera dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014, tentang Perindustrian, penerapannya bertujuan untuk mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, maju, dan industri hijau.Â
Hal ini juga sangat didorong oleh kementrian perindustrian Indonesia bahwa dalam melakukan kegiatan perindustrian sangat dianjurkan untuk melihat aspek keramahan lingkungannya (Kemenperin, 2019).
Di Indonesia sendiri sudah ada proyek sustainable fashion yang sudah berjalan yaitu ‘Project Planet’. Project Planet sendiri adalah platform untuk para pecinta fashion Indonesia untuk mengembangkan sistem sustainable fashion dalam  kehidupannya. Mereka menyediakan platform untuk mempromosikan brand-brand fashion lokal yang ramah lingkungan.Â
Dengan platform yang disediakan Project Planet tidak hanya membantu mengembangkan brand lokal, tetapi juga membantu dari aspek lingkungan dengan mengembangkan sistem sustainable fashion untuk para pecinta busana di Indonesia. Walaupun belum seluruh daerah di Indonesia ini masuk ke platform Project Planet, tetapi dengan platform ini setidaknya bisa membuka jalan untuk para environmentalist lain untuk membuka platformnya sendiri.
Selain itu juga terdapat platform lain dari Indonesia yang berpusat di Instagram dengan akun @bajulama.idn. Bajulama merupakan program kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan fast fashion. Di akun bajulama sendiri tersedia informasi-informasi akan bahaya dari fast fashion, apa yang akan terjadi jika kita berhenti menggunakan fast fashion, dan masih banyak lagi.Â
Akun bajulama juga menyediakan tempat untuk kita berdonasi baju yang masih layak pakai yang nantinya akan dibagikan ke panti asuhan dorkas untuk menerapkan reuse dan diberikan juga ke setali Indonesia untuk menerapkan recycle. Platform seperti ini sangat dianjurkan untuk dibuat terutama untuk para generasi muda untuk memberi kembali kepada masyarakat tidak hanya melalui donasi tetapi juga dalam bentuk edukasi.
Dalam mendukung sustainable fashion yang pastinya ramah lingkungan, ada teknik yang sudah ada di Indonesia yaitu ecoprint. Ecoprint adalah teknik memberi pola pada bahan atau kain menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, batang, atau bagian tumbuhan lain yang menghasilkan pigmen warna.Â
Dengan teknik ecoprint yang menggunakan pigmen pewarna alami kita tidak perlu khawatir dengan bahan kimia yang berbahaya (Soterini, 2020), residu dari bahan ini bisa juga menjadi berbahaya apalagi jika sampai ke laut. Di Indonesia sendiri sudah dijalankan program pelatihan untuk ibu-ibu kelompokÂ
Program Keluarga Harapan di desa Bangunjiwo, Bantul. Pelatihan ini menghasilkan produk yang beragam seperti masker, kipas, kain panjang, jilbab, syal dan baju. Hasil dari produk-produk tersebut sudah layak dijual (Hikmah, 2021). Mungkin pelatihan seperti ini bisa menjadi inspirasi untuk program pelatihan untuk masyarakat Indonesia lainnya untuk meningkatkan kesadaran akan sustainable fashion.
Dengan langkah-langkah kecilpun kita sebagai masyarakat bisa membantu mengurangi limbah dari fast fashion dengan mempelajari akan bahaya-bahaya dari fast fashion dan juga mengimplementasikan sustainable fashion atau slow fashion. Mari kita muli sadar akan keadaan linkungan di bumi yang memburuk dan membantu memperbaiki keadaan yang sudah rusak itu dengan perilaku kita yang cmungkin japat dikatakan kecil tapi pasti bisa membantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H