Pencanangan guru sebagai profesioleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyonotelah menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 yang merupakan dasar hukum kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru untuk menghasilkan guru profesional. Sebagai suatu proses sistematik yang harus dilalui oleh guru, sertifikasi merupakan upaya awal meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Diantara langkah yang ditempuh dalam sertifikasi adalah Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang telah berlangsung sejak tahun 2007. Tujuan dari PLPG adalah untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme dan menentukan kelulusan guru peserta program sertifikasi. Sedangkan pencapaian standar kompetensi lulusan bagi guru peserta PLPG merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan guru yang profesional, yang nantinya mampu mengelola proses pembelajaran bermutu.
Sehubungan dengan itu, beberapa waktu yang lalu, Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara Medan menyelenggarakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bagi guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Medan. Pelatihan yang diikuti oleh para guru Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah Aliyah itu merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan Fakultas Tarbiyah sebagai lembaga LPTK yang berhak untuk mensertifikasi guru PAI di lingkungan Kementerian Agama RI.
Guru Dalam Tempaan
Guru-guru yang menjadi peserta pada Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) di Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara Medan periode tahun 2013 awalnya telah didata oleh Mapenda masing-masing di daerah tempat guru berasal. Dari data peserta tersebut, seluruhnya telah lulus dalam Uji Kompetensi Awal (UKA) sebagai syarat syah mengikuti PLPG. Kelulusan 100% dengan rentang nilai cukup variatif adalah merupakan fenomena karakteristik peserta dari daerah yang beragam kemampuan, hal tersebut dipandang sebagai pemetaan (mapping) guru-guru madrasah dan guru-guru PAI serayon Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara.
Ada yang istimewa dari pelaksanaan PLPG kali ini yang memang telah lama dinanti –nanti oleh para guru peserta. Di awali dengan informasi, motivasi, dukungan, sambutan hangat dari dekan Fakultas Tarbiyah dalam kata sambutannya yang berkarakter menebar optimisme dan idealisme para guru. Sejak awal mula pembukaan acara hingga pada hari-hari proses pembelajaran yang dilalui, tidak pernah lepas dari kata-kata sejuk, damai yang berangkat dari niat ingin berbuat lebih baik dari master of training maupun dari para instruktur. Kata-kata inspiratif itu seperti: “kita harus bersyukur dan bersyukur”, “ kita adalah bersaudara”, “mari kita sama-sama perbaiki niat karena Allah SWT dalam mengikuti PLPG ini”, “jangan jadikan usia kita sebagai hambatan”. Dengan sikap bersahabat para Instruktur dan panitia penyelenggara bersama-sama membawa para guru peserta PLPG pada atmosfir silaturrahmi seakan mentransfer semangat dan memompa tekad para guru untuk selalu bekerja dan belajar serius dalam masa latihan dengan menjalani 90 jam pelajaran pada sembilan hari berikutnya yang terdiri dari 46 JP teori dan 44 JP praktek.
Sertifikasi guru profesional yang telah diamanahkan oleh Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru profesional dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagaimana dituntut oleh Undang-undang Guru dan Dosen. Sehingga dapat dihasilkan sebagaimana yang didefenisikan oleh Undang- undang No. 14 Tahun 2005bahwayang disebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kompetensi guru yang akan ditingkatkan adalah kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi paedagogi.
Terlihat wajah-wajah cerah dan meyakinkan dari para guru usai mengikuti acara pembukaan PLPG yang khidmat dan bernuansa silaturrahmi sebagai bekal positif untuk menjalani hari-hari yang penuh dengan konsentrasi dalam mengikuti penyampaian materi dan mengerjakan tugas-tugas. Adapun materi yang akan didapat guru pada PLPG diantaranya; akan menerima dari wejangan dari para narasumber di hari pertama yaitu tentang kebijakan pengembangan profesionalisme guru yang terdiri dari peningkatan kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan serta etika profesi. Selanjutnya semua materi tersebut akan dieksplorasi, elaborasi dan konfirmasi bersama antara narasumber dan para peserta hingga terjadi keakraban .
Yang istimewa dari PLPG ini juga adalah kesepakatan dari master of training dan para instruktur untuk membuka setiap hari latihan dengan membacakan ayat-ayat suci al-Quran oleh para peserta secara bergiliran kemudian diterjemahkan dan diulas singkat sebagai pengantar pada materi yang akan dipelajari. Demikian juga setiap akhir latihan ditutup dengan hal yang sama. Hal tersebut dilakukan atas dasar dorongan kesadaran dan keinginan bersama untuk kembali pada ayat-ayat al-Quran sebagai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan. Di sadari pula bahwa dari pengalaman latihan-latihan sebelumnya ada di antara para guru yang belum fasih dalam membaca al-Quran yang merupakan bumerang bagi guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Bahwa ilmu yang diajarkan guru pada anak adalah ilmu pengetahuan yang bersumber dari al-Quran, akan sangat riskan bila sang guru belum mampu membaca al-Qur’an dengan baik sebagai fenomena adanya jarak dengan kitab suci itu.
Sebagaimana latihan pada umumnya, disiplin adalah suatu harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar oleh siapapun juga. Disiplin diakutalisasikan dengan mengawali hari-hari latihan dengan mengerjakan sholat subuh bersama plus kuliah subuh di masjid, dilanjutkan dengan senam pagi untuk kebugaran tubuh di lapangan serta game-game edukatif, sarapan pagi bersama untuk selanjutnya mempersiapkan diri menuju ruang kelas untuk mengikuti session demi session hingga sore hari. Semua dilaksanakan sesuai jadwal kegiatan yang telah dipersiapkan.
Kajian materi pembelajaran dan indikator pencapaiannya diawali dengan mengidentifikasi materi pembelajaran sebagai fakta, konsep, prinsip, prosedur. Pengidentifikasian ini adalah hal yang umumnya baru bagi peserta, selama ini semua materi dianggap sama sehingga indikator pencapaianpun sama hanya menyentuh pada satu aspek saja dari tujuan pencapaian pembelajaran yaitu aspek kognitif. Padahal ada dua aspek penting lainnya dari murid yang seharusnya mendapat perhatian sesuai jenis materi pembelajaran yaitu aspek afektif dan psikomotorik. Dengan memilah materi sesuai jenisnya guru diperkenalkan pada penetapan indikator tujuan pencapaian pembelajaran yang cukup variatif disesuaikan dengan jenis materi pembelajaran.
Walaupun membutuhkan waktu panjang untuk berlatih memahamkan pengenalan materi dan identifikasinya, para guru tetap bersemangat dan antusias mengikuti segmen eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi materi yang dipandu oleh kedua instruktur kelas. Untuk menjajagi sejauhmana pemahaman peserta terhadap materi pembelajaran dan indikatornya serta latihan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sempurna, kepada setiap peserta dibagikan dua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam sebagai landasan pengembangan kurikulum yang akan di serahkan desainnya pada masing-masing peserta sesuai dengan mata pelajaran yang selama ini diampu di sekolah. Untuk menghindarkan kemungkinan serangan kantuk yang menyerang dan rasa rindu keluarga yang menyelinap hadir di hati para peserta, instruktur menghadirkan pencairan suasana (Ice breaking) yang variatif dengan game-game edukatif pendukung proses pembelajaran yang dapat direplikasi guru nantinya pada siswa-siswa mereka di sekolah. Setelah suasana fresh, pengerjaan tugas-tugaspun dilanjutkan kembali.
Meningkatnya profesionalisme sebagai seorang guru dapat terlihat dari bagaimana kemampuan guru tersebut menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penyusunan bahan ajar, menentukan strategi pembelajaran, membuat media pembelajaran yang menarik tetapi minus biaya, dan juga penilaian hasil belajar. Memiliki rancangan yang terarah sebelum mengajar di kelas, nantinya guru diharapkan mampu mengukur tingkat keberhasilan yang akan dicapai oleh siswa. Semua kemampuan itu diharapkan dapat dicapai denganmenerapkan proses pembelajaran yang diperkenalkan pada peserta dalam Model-model PAIKEM, yakni pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pada aplikasinya nanti di sekolah para guru diharapkan akan dapat mengundang minat siswa untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan senang dan nyaman berada di kelas dan kehadiran guru pun senantiasa dirindukannya yang akan mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
Untuk mengasah kompetensi pedagogi, para peserta PLPG diajak mempelajari model/pendekatan dan strategi pembelajaran. Materi ini dikemas dengan pendekatan pembelajaran yang memadukan antara teori dan praktik. Para guru dibekali teori pembelajaran oleh masing-masing asesor dan kemudian dipraktikkan. Yang menyenangkan adalah mereka dapat saling bekerjasama, berbagi pengalaman, dan saling membantu dalam setiap kegiatan praktek mengajar. Target dari materi model pembelajaran ialah untuk meningkatkan potensi pedagogi para guru. Melalui materi tersebut mereka dapat mengasah kreatifitasnya dan memperoleh pengalaman baru. Tujuannya ialah mereka kelak dapat menerapkan model dan strategi itu pada sekolahnya masing-masing. Dari PLPG ini dapat dipetik pelajaran bahwa mengasah "kreativitas" dan potensi agar tumbuh dan berkembang secara efektif, ternyata membutuhkan jiwa kebersamaan, kerjasama, saling percaya, berberjuang keras dan berkorban. Tampaknya para peserta kali ini memiliki jiwa itu, walau mereka berasal dari daerah dan sekolah yang berbeda-beda dan baru beberapa hari saling mengenal.
Salah satu indikator profesional guru adalah kemampuannya dalam meneliti kelas. Materi yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan meneliti disajikan oleh instruktur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Umumnya, materi PTK ini adalah materi yang paling tinggi tingkat kesukarannya bagi peserta. Hal tersebut dibuktikan dari hasil-hasil penugasan PTK sebelumnya yang diberikan pada peserta belum memperlihatkan hasil yang memuaskan mulai dari menentukan masalah yang akan diteliti, menentukan judul penelitian, menuliskan latar belakang penelitian, merumuskan masalah, menentukan tujuan penelitian dan manfaatnya, menyusun jadwal penelitian, menentukan metode penelitian, daftar pustaka dan penggunaan bahasa sesuai dengan ketentuan karya tulis ilmiah. Sangat dituntut kesabaran, keperdulian serta pengabdian ikhlas setiap instruktur dalam memandu materi ini mengingat mayoritas usia para peserta sudah tidak muda lagi dan tidak pernah menyadari pentingnya PTK untuk melakukan penelitian di kelasnya sedangkan waktu yang diberikan hanya 300 menit untuk menghasilkan satu proposal penelitian PTK bagi setiap peserta. Persiapan penyusunan RPP masih terus dilanjutkan untuk menghadapi praktek mengajar (Peer Teaching).
Tibalah masanya segmen akhir dari latihan yaitu masing-masing peserta harus melakukan penilaian atas teman-teman guru yang lain yang disebut dengan penilaian sejawat. Penilaian juga dilakukan oleh instruktur pada sikap, perilaku peserta selama mengikuti latihan. Malam hari sebelum ujian, semua kelas melaksanakan perpisahan dengan para instruktur. Esok hari para peserta akan menjalani dua kali tampilan untuk praktek mengajar latihan dan praktek mengajar ujian. Sekalipun status mereka guru tetapi merasa dirinya tidak canggung walau jadi murid (peserta), yang siap menerima dan diminta untuk mempraktikkan model dan strategi pembelajaran. Tatkala salah seorang peserta diminta praktik/tampil untuk mencoba beberapa strategi pembelajaran, para guru juga dapat memposisikan diri sebagai murid, walau yang tampil adalah temannya sendiri. Modal kebersamaan dan kerjasama itulah sesungguhnya kekuatan sekaligus cara mulia untuk membangun kompetensi guru. Hari berikutnya, seluruh latihan diakhiri dengan ujian multiple choice dan essay yang harus diikuti setiap peserta. Sopan, rapi, disiplin dan tertib itulah yang ditampilkan oleh para peserta PLPG semua itu akan menjadi nilai tambah bagi mereka untuk masuk ke gerbang kelulusan menjadi guru profesional bersertifikat.
Guru Profesional
PLPG di Fakultas Tarbiyah IAIN SU sebagai wahana tempat bertemunya dua lini praktisi pendidikan yaitu dari lini para guru yang mengajar di berbagai Madrasah (bottom up) dan lini para instruktur dari kalangan Pendidikan Tinggi Islam yang biasa melakukan pengkajian dan pendalaman tentang materi pendidikan (top down) adalah wahana penting untuk terjalinnya kerjasama anak-anak bangsa untuk memajukan pendidikan Islam pada masing-masing wilayah kerja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini telah banyak muncul kritik dalam dunia Pendidikan Agama Islam seperti yang dikemukakan oleh Muhaimin dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta; RajaGrafindoPersada, 2009, h. 18), menyatakan bahwa “krisis multidimensi yang melanda bangsa ini adalah merupakan bagian dari kegagalan pendidikan agama di Indonesia termasuk Pendidikan Agama Islam”. Pendapat ini senada dengan hasil studi Litbang Agama dan Diklat Keagamaan tahun 2000 yang dikemukakan Atho’ Muzhar dalam “Pendidikan Agama Belum Mencapai Tujuan” (Tempo November 2004) bahwa merosotnya moral dan akhlak peserta didik disebabkan antara lain akibat kurikulum Pendidikan Agama Islam yang mengutamakan materi sehingga mengedepankan aspek pemikiran ketimbang membangun kesadaran keberagamaan yang utuh. Selain itu metodologi PAI kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan, serta terbatasnya bahan-bahan bacaan keagamaan.
Selain itu, komentar-komentar yang muncul di dunia sekolah seperti guru kanibalis, klaim murid bodoh, sumber kesalahan, dehumanisasi, sekolah itu feodal, persaingan tak sehat, sekolah sebagai ajang bisnis, diskriminatif, mahal, pembelajaran tak menarik, pragmatis karena hanya dipersiapkan untuk menghadapi UN dari pada mempersiapkan individu berkepribadian yang berakar nilai-nilai Islam, adat dan budaya. Keluhan yang banyak muncul akhir-akhir ini adalah tentang guru-guru bersertifikasi yang tidak memperlihatkan peningkatan kualitas dibanding dengan guru-guru belum bersertifikasi. Muncul pula kecemburuan sosial antara para guru yang sudah dan belum sertifikasi yang dapat menghabiskan energi positif jika terus dikembangkan.
Ditiadakannya program portofolio tahun ini adalah cerminan keseriusan pemerintah dalam melaksanakan program sertifikasi guru. Berbagai penyimpangan dapat saja terjadi dan selalu dimanfaatkan oleh orang-orang yang melihat seritifikasi sebagai hanya ajang untuk memperkaya diri tetapi bukannya untuk meningkatkan kualitas kemampuan pembelajaran. Mereka tidak tepat untuk menyandang sebutan guru pendidikan agama Islam.
Penutup
PLPG adalah salah satu investasi besar bidang pendidikan. Telah demikian maksimal pemerintah berupaya menetapkan standart pendidikan kita dibuktikan dengan anggaran biaya pendidikan yang 20 % telah memenuhi amanah UUD Dasar 1945. PLPG telah menguras banyak dana, biaya, waktu, pikiran, tenaga dan melibatkan ribuan insan-insan pendidikan di berbagai lini. Adalah tidak mencukupi waktu latihan yang hanya 10 hari untuk merubah kebiasaan dan kemampuan guru-guru kepada kebiasaan dan kemampuan yang baru dan lebih baik. Oleh karena itu, niat baik pemerintah dan seluruh jajarannya hendaknya disambut baik pula oleh para guru dengan menerapkan ilmu yang diperoleh dari latihan di sekolah masing-masing. Disamping itu dengan sungguh-sungguh pula dalam upaya peningkatan kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi paedagogi secara terus-menerus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H