Mohon tunggu...
Humaidah Hasibuan Hasibuan
Humaidah Hasibuan Hasibuan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

bekerja di IAIN Sumatera utara

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mati

30 September 2015   00:22 Diperbarui: 30 September 2015   01:10 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Maha Besar Allah yang menciptakan salah satu makhluknya yang akan memisahkan seseorang dari keluarga dan karib kerabat yaitu: mati. kematian adalah salah satu bukti Kemahakuasaan Allah SWT, bahwa yang berlaku di atas dunia ini adalah kehendakNya.

semua mati.

raja-raja mati, presiden mati, bos mati, tuan tanah mati, direktur mati, para pemimpin mati, rakyat mati, tukang sapu, tukang ojek mati maka aku akan mati, semua disebut agar lebih fokus bahwa mati akan menjeput semua, menunggu giliran saja. tapi kenapa, wahai diri, kamu bersikap seolah tak akan pernah mati, tak mempersiapkannya, tak bertanya-tanya tentangnya, tak mengkhawatirkannya. ketawa-tawa, kerja membabi buta, abaikan keluarga, semau gua...hingga mati, tiba-tiba.

mati, dingin, kaku, dijepit tanah, dimakan tentara-tentara tanah, bisa apa?..., setelah mati dan dibangkit kembali, ada yang tanya penuh sesal:"kenapa dulu aku tidak hanya tanah saja?'. sesal tak berguna.

oleh itu, mari kita bergandeng tangan saling mengingatkan pasangan, anak-anak, orangtua, tetangga, teman handai tolan tentang urusan super penting ini.

Di salah satu daerah di Jepang, kabarnya saking inginnya mempersiapkan kematian, diadakan prosesi kematian yang diselenggarakan oleh lembaga tertentu dan pesertanya akan membayar sejumlah biaya untuk menjalani prosesi ritual kematian layaknya mayat. Diharapkan peserta dapat merasakan bagaimana jadi mayat. Sepertinya, cara ini bisa juga dilakukan.

Yang tidak perduli mati, itu berarti sombong. kalau tidak tahu tentang mati, itu mustahil. Bangsa ini, perlu menyadari hal ini, para pejabat dan rakyat. agar kita bahu-membahu saling tolong-menolong menghadapi kematian. Tak selera lagi untuk korupsi, pungli, menilap sampai membengkak kenyang karena tanah akan segera memecah perut. tak selera lagi untuk ketawa berlebihan, menenggak obat-obatan berbahaya, tawuran, seks bebas. gak selera lagi. takut.

Yang perlu sekarang, konsisten menyembah sang Pemilik Kematian, mohon untuk dapat menghadapinya dengan elegan. Juga mintakan untuk semua anggota keluarga, tetangga, kerabat dan sedunia, agar semua siapkan hari kematian yang kabarnya tidak akan lama lagi. tidak ada orang yang umurnya seribu tahun. itu berarti hidup diri tidak akan lama lagi.

pelajari mati sama-sama, dan pelajari cara menghadapinya yang safety dan jangan pernah ambil resiko. sama-sama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun