Mohon tunggu...
Humaida Yahya
Humaida Yahya Mohon Tunggu... Editor - Newbie

Taat bahagia, maksiat pasti sengsara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Kuli Bangunan untuk Calon Sarjana

5 Desember 2020   22:02 Diperbarui: 5 Desember 2020   22:12 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap orang tua tentunya sangat menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, terutama perihal pendidikan. Kesadaran bahwa pendidikan adalah bagian terpenting untuk anak-anaknya dan kewajiban untuk menuntut ilmu adalah menjadi penyemangat bagi sosok
ayah untuk memperjuangkan anaknya menjadi calon sarjana . begitupula dengan Abidin, seorang kuli bangunan yang mempunyai mimpi besar untuk anaknya agar kelak menjadi sarjana. Tak mengenal lelah untuk mencari nafkah, tak peduli berapa biaya yang harus dikeluarkan demi anaknya menjadi sarjana.

Sejak tahun 2017, anaknya yang bernama Fazri Zainal Abidin mulai duduk dibangku perkuliahan. Bermodalkan dari hasil kerja keras sang ayah sebagai kuli bangunan. Ia mampu mencukupi kebutuhan biaya yang harus dibayarkan, mulai dari biaya hidup sampai biaya perkuliahan anaknya yang cukup terjangkau.

Abidin adalah seorang kuli bangunan di sebuah desa yang terletak di kecamatan
Haurgeulis, kabupaten Indramayu Jawa Barat. Umurnya yang sudah menginjak kepala lima tak menghalangi niat baik anaknya untuk menuntut ilmu. Dia tak pernah lelah demi menyekolahkan anaknya sampai kebangku perkuliahan.

Penghasilannya dari bekerja sebagai kuli bangunan sekitar Rp 3 juta per bulan sangatlah pas-pasan untuk menghidupi isteri dan anak-anaknya.

"jadi kuli bangunan itu ya kerjaannya gak tentu, tergantung proyek, kalau ada proyek alhamdulillah kerja kalau tidak ada ya dirumah saja," jelas Abidin.

Abidinpun pernah merasakan kerja namun tidak dibayar. Kerja keras yang sudah diniatkan untuk mencukupi kehidupan keluarganya itu serasa tidak berguna.

"waktu itu pernah ikut proyek tapi mandornya kabur jadinya gaji gak keluar dan gak dibayar. Resiko kerja ngikut orang ya kaya gitu," ujar Abidin.

Abidin menceritakan dirinya pernah menganggur satu bulan lebih lamanya. Sementara pada saat itu dia harus membiayai UKT anaknya yang sedang kuliah. Momen ini menjadi masa
terberat baginya. Namun, Allah tidak pernah tidur, selalu ada jalan bagi hambanya yang ingin berusaha. Atas izin Allah Abidin mendapat proyek bangunan di kota tempat tinggalnya dan bisa melunasi UKT anaknya. Meskipun ia hanya seorang kuli bangunan, tetapi dia sangat mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Ia mengerti bahwa perkembangan dunia tidak dapat dipungkiri akan bertambah maju. Kalau anak-anaknya tidak menuntut ilmu maka akan tertinggal jauh
dibelakang. Ini semua dilakukannya karna memang sudah kewajibannya sebagai orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Abidin sangat bersyukur anak-anakya mengerti akan pentingnya pendidikan. Ia hanya perlu mendukung dan mendoakannya. Ia berusaa sekuat tenaga bahkan rela mengorbankan apapun demi anaknya. Satu hal yang dipikirkan adalah
bagaimana mencari nafkah yang berkah untuk membiayai anak-anaknya sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun