Pada saatnanosensor merupakan salah satu kunci teknologi yang mempunyai keunggulan dan manfaat besar untuk menciptakan produk-produk baru pada industri pangan pada masa mendatang. Perkembangan nanosensor ini dapat dirasakan langsung dampaknya terhadap perkembangan industri pangan dan yang berkaitan. Selain itu, mampu menjadi jawaban terhadap beberapa isu terkait ketersediaan pangan pada masa mendatang.
iniBeberapa negara maju didunia seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Australia saat ini telah melakukan penelitian dan pengembangan pada penerapan nanpsensor secara serius, misalnya pada negara amerika serikat telah mendirikan National Nanotechnology Initiative (INI). Selain insiatif pengembangan penelitian dalam skala nasional, jaringan pengembangan dan penelitian nanosensor antarnegara juga ikut berkembang pesat. World health Organization (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) telah berpendapat bahwa nanosensor memiliki potensi yang tinggi dalam pengembangan produk inovatif pertanian, produksi pangan, pengawetan, perlakuan air, pengolahan, hingga pengemasan, sehingga dari potensi yang ada ini dapat menimbulkan peningkatan pada nilai tabah dan daya saing produk, serta para petani, pemilik industri pangan, dan konsumen bisa mengambil keuntungan.
Nanosensor adalah perangkat kecil yang dapat mendeteksi perubahan atau sinyal pada tingkat nanometer. Dalam konteks pertanian, nanosensor dapat digunakan untuk memonitor dan menjaga kestabilan nutrisi tanaman. Adapun cara nanosensor dapat digunakan untuk tujuan tersebut adalah pertama Pemantauan Nutrisi Tanaman, Deteksi Nutrisi Tanaman: Nanosensor dapat dirancang untuk mendeteksi konsentrasi nutrisi tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan kalium dalam tanah atau larutan nutrisi hidroponik. Pemantauan Keseimbangan pH: Beberapa tanaman membutuhkan lingkungan tanah yang spesifik dalam hal pH. Nanosensor dapat digunakan untuk memantau dan mengontrol keseimbangan pH tanah.
Kedua, Pemberian Pupuk yang Tepat, Sistem Pemantauan Real-Time: Nanosensor dapat diintegrasikan dalam sistem yang memberikan pupuk secara otomatis berdasarkan kebutuhan tanaman. Hal ini dapat mengoptimalkan pemberian pupuk dan menghindari over-fertilization yang dapat merugikan tanaman dan lingkungan.
Ketiga, Pemantauan Kondisi Lingkungan, Deteksi Toksin dan Kontaminan: Nanosensor dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan toksin atau kontaminan dalam tanah atau air irigasi yang dapat mempengaruhi kesehatan tanaman. Pemantauan Suhu dan Kelembaban: Faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban juga penting. Nanosensor dapat membantu memantau kondisi ini dan memberikan informasi yang berguna untuk pengelolaan pertanian.
Keempat, Pemantauan Biomolekul, Deteksi Metabolit: Nanosensor dapat digunakan untuk mendeteksi biomolekul atau metabolit spesifik yang mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kelima, Integrasi dengan Sistem Kontrol Otomatis, Informasi yang diperoleh dari nanosensor dapat diintegrasikan dengan sistem kendali otomatis untuk memberikan umpan balik dan mengatur otomatis sistem irigasi atau pemupukan.
Keenam, Penggunaan Energi yang Efisien: Nanosensor dapat dirancang untuk menggunakan energi yang sangat sedikit, sehingga memungkinkan pemantauan dan pengendalian yang efisien tanpa menguras sumber daya.
Penerapan nanosensor dalam pertanian membutuhkan pendekatan yang hati-hati terkait dengan aspek keamanan, etika, dan dampak lingkungan. Namun, jika dikelola dengan bijak, nanosensor dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H