Mohon tunggu...
Huldi Amal
Huldi Amal Mohon Tunggu... -

kerap menulis tapi tak terlalu rutin. kadang puisi dan sesekali menulis hal yang tak penting.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Akhirnya, Jembatan Kami Dibangun! Tapi...

11 April 2013   14:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:22 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_254071" align="aligncenter" width="300" caption="rancangan jembatan Kartanegara"][/caption] Sebagai warga Kota Tenggarong, saya tentu senang jembatan baru, pengganti jembatan yang roboh 2011 silam, mulai dibangun. Ground breaking jembatan dilaksanakan hari Rabu, 10 April 2013. Para petinggi hadir. Gubernur Kaltim, Ketua DPRD Kaltim, si empunya hajat Bupati Kutai Kartanegara, Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura HAM Salehuddin II. Tentunya, tak ketinggalan petinggi PT Hutama Karya, kontraktor pelaksana pembangunan jembatan baru ini. Saya senang karena jembatan itu diupayakan rampung dalam dua tahun. Di kalender kontrak proyek, dua tahun lebih sedikit. Saya, dan semua warga Tenggarong mulai menghitung hari. Suatu hari, dua tahun akan datang, kami tak lagi harus ‘menyabung’ nyawa hanya untuk menyeberangi sungai Mahakam dengan perahu-perahu penyeberangan tradisional. Memang, ada feri milik PT Angkutan Sungai dan Pelabuhan (Persero) yang disewa Pemkab. Dua buah kapal. Terkadang, bahkan sangat sering, saya dan sebagian warga lain, tak menjadikan KMP Bili dan Kerapu, dua kapal ASDP itu, sebagai pilihan. Alasannya, antre! Apalagi jika ada urusan mendesak. Perahu feri tradisional jadi pilihan utama walau safety-nya memang tak terjamin. meski senang, ada hal yang memang masih mengganjal dalam benak saya. Apakah orang lain juga begitu saya tidak tahu. Perihal PT Hutama Karya.  BUMN ini adalah pembangun jembatan gantung yang roboh hingga makan korban 2011 silam. Di eks jembatan roboh itu, mereka kembali akan membangun jembatan pengganti. Memang, modelnya bukan lagi jembatan gantung meniru jembatan Golden Gate, San Fransisco. Hutama Karya akan membangun jembatan dengan model pelengkung, meniru model Sidney Harbour, Australia. Sejak awal, keikutsertaan Hutama karya dalam lelang jembatan baru ini sudah menuai pro kontra di masyarakat Kutai Kartanegara. hal yang wajar mengingat trauma jembatan ambruk itu begitu membekas dan sulit hilang. tapi, Hutama Karya punya hak untuk itu. Apalagi, tak ada temuan dalam kacamata hukum yang kemudian menyatakan, robohnya jembatan ‘Golden Gate’ Tenggarong adalah murni kesalahan Hutama Karya. Rupanya, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sempat galau juga dengan kehadiran Hutama Karya di lelang jembatan baru. Beberapa kali, pengumuman pemenang lelang proyek jembatan ini molor. Di satu sisi, Hutama Karya berpeluang sebagai pemenang lelang. Karena tawarannya paling rendah dari beberapa peserta lelang. Sebut saja nama PT  Waskita Karya dan PT Adhi karya dan BUMN lainnya. Sementara, di sisi lain, pemerintah tak ingin Hutama Karya lagi yang membangun jembatan. So? Dalam dokumen lelang di Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kutai Kartanegara, proyek itu diberi Harga Perkiraaan Sementara (HPS) sekitar Rp282 miliar. Tawaran PT Hutama cuma Rp191 miliar. Jauh di bawah HPS. Kegalauan itu juga sempat diungkapkan langsung oleh Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari. Puteri mantan Bupati Prof Dr Syaukani HR ini mengaku sempat galau dengan ‘banting harga’ ala Hutama Karya. “Kami sebenarnya memang tak ingin mereka lagi yang membangun jembatan,” ujarnya saat  wawancara dengan sejumlah wartawan lokal. Namun, Rita tetap berkomitmen menegakkan aturan. “Jika mereka pantas menang, ya harus dimenangkan,” tukasnya lagi. Rupa-rupanya pula, dari mulut Rita keluar alasan mengapa Hutama Karya ngotot untuk kembali membangun jembatan pengganti. “Mereka ingin membuktikan kredibilitasnya bahwa jembatan yang roboh dulu bukan kesalahan mereka. Itu yang ingin mereka tunjukkan kepada semua orang, khususnya warga Tenggarong,” bebernya. Bahkan, Hutama mengaku siap menanggung segala resiko jika ada hal yang buruk terjadi dengan jembatan baru ini. Saat seremonial ground breaking digelar kemarin, Rita mengaku sudah menuangkan komitmen si kontraktor untuk bertanggung jawab jika sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. “Sudah ada MoU (nota kesepahaman) untuk itu,” katanya. Sekarang, proyek jembatan sudah dimulai. PT Hutama Karya menargetkan usia jembatan baru 100 tahun. Sekadar mengingatkan, jembatan yang roboh cuma berumur 10 tahunan. saya gak tahu, target Hutama Karya dulu, jembatan itu akan roboh atau dirobohkan di usia keberapa? Karena, saya belum jadi warga Tenggarong ketika jembatan tersebut dibangun. Saya cuma berharap, jembatan tipe continous arch bridge atau rangka batang berbentuk pelengkung sepanjang 710 meter, bentang tengah 470 meter, lebar 10,45 dengan lebar jalur lalu lintas 7 meter ini benar-benar bertahan lama dan benar-benar berkualitas. Perawatan pun harus benar-benar dijalankan. Salah satu temuan terkait jembatan roboh 2011 silam adalah perawatan yang tak pernah dijalankan. Sungguh miris. Pada akhirnya, saya seperti mendengar kembali gemuruh jembatan yang roboh 2011 silam. Gemuruhnya jelas terdengar dari rumah kontrakan saya. Saya masih sempat melihat pengendara motor berdarah-darah yang ditolong warga dari balik reruntuhan. Seorang perempuan menggapai-gapai dari kaca jendela mobil dan ditarik keluar. Nyaris seluruh badan mobil sudah tenggelam. Lalu, saya bertanya-tanya. Setelah terbangun, apakah nanti saya dan setiap orang yang melintas di atas jembatan baru, yang meniru model jembatan Australia itu, bisa dengan mudah lupa? Bahwa, di jembatan baru ini dulunya berdiri sebuah jembatan kebanggaan. Juga meniru punya luar negeri: model jembatan Golden Gate-nya San Fransisco. lalu roboh. Puluhan nyawa melayang. Belasan dinyatakan hilang dan jasadnya tak pernah ditemukan. Akankah itu terlupakan? Mungkin, inilah sisi yang tak pernah bisa digantikan dan dijawab oleh sebuah jembatan baru. Tak peduli sekokoh apa  dan seberapa mirip jembatan itu dibuat meniru model panutannya. Saya yakin hal itu tak akan mudah hilang. Setidaknya dari dalam diri saya. Sungguh, tak akan ada jembatan ke arah sana. Jika ada, jembatan itu yang kerap kita beri nama: kenangan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun