Pendahuluan
Pendidikan di SMA Pax Pariae mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, jujur, terbuka, cinta pada kebenaran dan keadilan. Setiap peserta didik memiliki hak, kesempatan, dan layanan sama dalam proses pembelajaran, pendampingan pribadi, dan pembinaan spiritual. Hal itu semua ditunjukkan untuk mendorong peserta didik menjadi pribadi utuh dan dewasa dengan karakter yang kuat.
Pendidikan dan pembelajaran di sekolah dikembangkan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki karakter yang unik (secara personal, fisik, emosional, psikologis, sosial, dan kultural), Â mampu mencapai standar , mampu belajar, belajar dengan cara yang berbeda dan memiliki pengetahuan dan pengalaman awal yang berbeda sesuai dengan latar belakang pengalaman masing-masing.
Dengan kultur dan situasi lingkungan sosial yang sesuai, peserta didik akan sanggup bertekun mewujudkan dan memperkembangkan diri menjadi pribadi yang diidealkan. Untuk itu sekolah senantiasa mendorong peserta didik untuk berani menampilkan individualitasnya tanpa jatuh dalam sikap dan perilaku individualistik dalam interaksi sosial dengan sekitarnya.
Pendekatan dan Model Belajar
Praksis pendidikan di SMA Pax Patriae lebih mengedepankan peserta didik sebagai pusat dari seluruh tujuan dan proses pendidikan. Paradigma ini mewarnai cara berpikir dan bertindak seluruh pendidik terhadap para peserta didik yang dilayaninya berdasarkan terang, inspirasi dari semangat kekeluargaan.
Paradigma ini diturunkan dalam pendekatan dan metode yang dijalankan para pendidik dalam proses pembelajaran di kelas dengan dinamika mulai dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi, demikian berulang terus-menerus sebagai sebuah siklus. Pendekatan pembelajaran dirancang untuk memperkuat dan mengasah aspek spiritual, sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan (psikomotorik) dengan enciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap peserta didik tumbuh menjadi kreatif, inovatif, dan produktif sehingga terwujud pribadi yang utuh dan unggul.
Proses pendidikan dilakukan dengan keyakinan peserta didik telah memiliki pengetahuan dan pengalaman awal yang berbeda satu sama lain. Kurikulum didesain agar semakin mendorong peserta didik mampu mengolah, mengasah, dan menemukan kebenaran yang otentik melalui proses interaksi dan refleksi yang terjadi baik dala pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Untuk menwujudkan hal tersebut dalam proses pendidikan dan pembelajaran, pendidik dituntut untuk memahami dengan jelas apa yang menjadi tujuan (goal) dan bukti belajar (eviden) pembelajaran yang dijalankan untuk kemudian mendesain strategi (strategy) dan mentode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna untuk mencapai hal itu. Pendekatan itu dinamakan denga Backward Design.
Pada sisi lain, peserta didik didorong terlibat aktif selama proses pembelajaran melalui kegiatan observasi, bertanya, eksperimen, asosiasi, dan presentasi. Berbagai model dan metode pembelajaran dikembangkan agar semakin mendorong peserta didik mampu berpikir tingkat tinggi (higher order of thinking), berpikir reflektif, dan bermakna seperti Critical Analysis, Discovery Learning, Project Based Learning), dan Problem Based Learning melengkapi model-model evaluasi yang rutin dan bersifat tes.
Sistem Belajar
SMA Pax Patriae memadukan sistem belajar antara pola konvensional dan moving class. Kedua pola dipilih dengan memperhitungkan keterbatasan ruang belajar akibat padatnya kegiatan yang dilakukan di sekolah baik dalam rangka pengembangan kepemimpinan, sosial, karier dan humaiora. Dalam sistem pembelajaran konvensional biasanya para pengampu mata pelajaran mendatangi ruang belajar atau home base masing-masing rombongan belajar. Disamping pola konvensional, pola moving class juga menjadi salah satu model yang dikembangkan dalam pembelajar di SMA Pax Patriae.