[caption id="attachment_205153" align="aligncenter" width="300" caption="Palang Merah (wikipedia.org)"][/caption]
Diantara sekian banyak RUU yang controversial, salah satu RUU yang luput dari perhatian masyarakat adalah Rancangan Undang-Undang tentang Lambang Palang Merah (RUU LPM). Padahal, RUU ini tak kalah kontroversial dibandingkan RUU lainnya, khususnya di dunia kerelawanan.
RUU yang diajukan pada tahun 2005 ini berisikan mengenai teknis spesifikasi pemakaian Lambang Palang Merah dan merupakan kelanjutan dari ratifikasi Konvensi Jenewa yang mewajibkan setiap negara memilki satu lambang kemanusiaan untuk perhimpunan nasionalnya agar dalam suatu konflik perhimpuan nasional ini dilindungi dari serangan senjata.Lambang yang diperkenankan dalam konvensi tersebut adalah lambang Palang Merah (Red Cross), Bulan Sabit Merah (Red Crescent), dan Kristal Merah (Red Cristal) (detik.com, 2012). Saat ini, ratusan negara telah menentukan lambang yang akan digunakannya sebagai lambang kemanusiaan. Yakni, 153 negara memilih palang merah, 34 negara memilih bulan sabit merah, dan satu negara (Israel) memilih crystal merah (Hukum Online, 2012).
Disini saya tidak membahas rencana perubahan lambang Palang Merah (Red Cross) yang direncanakan akan diganti menjadi Bulan Sabit Merah (Red Crescent), tetapi saya akan mengulas sedikit makna yang tersembunyi dibalik lambang Palang Merah yang sudah umum dikenal dan digunakan oleh beberapa organisasi seperti Palang Merah Indonesia (PMI), rumah sakit, Toko obat-obatan dan lain sebagainya. Pembahasannyapun dipersempit hanya ditinjau persfektif Hindu.
Lambang Palang Merah berbentuk palang berwarna merah yang saling menyilang satu sama lain di bagian tengah satu mengarah vertikal dan satu lainnya mengarah horizontal dengan ukuran masing-masing simetris dan sama panjang (proporsional).
Lambang saling menyilang dalam ajaran Hindu merupakan kerangka dasar dari salah satu symbol agama Hindu yaitu Swastika . Kata Swastika berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari Su-Asti-Ka; Su artinya baik, selamat , rahayu; Asti artinya adalah ; Sedangkan akhiran Ka adalah untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda. Jadi Swastika merupakan lambang keselamatan dan kesejahteraan. Lambang keramat yang digunakan sebagai penangkal agar terhindar dari segala rintangan.
[caption id="attachment_205155" align="aligncenter" width="309" caption="Salah Satu Bentuk Swastika Dengan Empat Lengan (www.wikipedia.org)"]
Lambang Swastika dianggap telah ada dan dikenal oleh umat manusia ribuan tahun, bahkan mungkin sudah dikenal sejak adanya manusia mengenal symbol-symbol.
Swastika merupakan lambang yang suci dalam bentuk sebuah tanda salib, keempat lengannya mengarah kekanan. Selain umat Hindu, komunitas dan agama lain juga menganggap lambang ini suci. Oleh karena itu sudah merupakan kebiasaan untuk membuat lambang ini untuk memulai suatu upacara atau kegiatan suci (Prem P. Bhalla , Diah Sri Pandewi, 2010:221).
Dalam Ganeshapuran (Ganesha Purana) dikatakan bahwa swastika merupakan lambang Dewa Ganesh (Ganesha). Lambang ini harus dibuat sebelum melakukan kegiatan baik. Itu memiliki kekuatan untuk menghilangkan semua rintangan. Mereka yang tidak menghiraukan akan gagal. Oleh karena merupakan suatu kebiasaan untuk mengawali dengan lambang swastika (Ibid).
Swastika juga dikenal sebagai ‘satiya’, yang merupakan symbol Sudharshan chakra. Orang –orang juga menganggapnya sebagai symbol yang menunjukan tanda tambah (+). Itu merupakan symbol kesejahteraan. Keempat titik disekitar swastika merupakan simbol keempat arah disekitar kita (Ibid, Hal 222). Selain sebagai symbol keempat mata arah angin juga dipercaya sebagai symbol Catur Yuga, Catur Dharma dan Catur Purusa Artha.
Lambang saling menyilang ini di Bali dikenal dengan tanda Tapak Dara, tanda tambah (+), di India disebut ‘Satiya’. Tapak Dara biasanya dugunakan saat melaksanakan suatu upacara keagamaan dan juga dipasangkan atau dituliskan pada rumah, digoreskan di beberapa tiang rumah dengan pamor, tentunya ketika dilaksanakan upacara pemlaspas (ritual selametan untuk rumah yang baru dibangun) . Tanda Tapak Dara (+) sering pula digunakan sebagai pengobatan Tradisional Hindu (Ayur Veda), dimana tanda ini digoereskan dengan pamor (sejenis kapur) disertai dengan Mantra dipasang di telapak tangan sang pasien maupun di telapak kaki pasien khususnya bayi atau anak-anak. Oleh karena itu tanda ini dikenal dengan istilah Tapak Dara (Tampak Dara).
Tapak dara itu adalah melambangkan jalannya matahari. Jaman dahulu matahari itu dianggap Dewa yang tertinggi, yang di Bali disebut Sang Hyang Siwa Raditya.
Lengkapnya:
Perkembangan selanjutnya Tapak Dara menjadi Swastika yang merupakan dasar kekuatan dan kesejahteraan Bhuana Agung (Makrokosmos) dan Bhuana Alit (Mikrokosmos).
Lengkapnya:
(Dari lambang Tapak Dara menjadi Swastika)
Dalam salah satu hymne dalam Rig Veda dikatakan bahwa swastika merupakan symbol surya. Dalam Amarkosh, itu disebut sebagai berkat yang murni dan suci. Dalam Acharya Yask, swastika digambarkan sebagai Brahma yang tidak bisa dihancurkan. Juga dipercaya bahwa swastika merupakan symbol Lakshmi, Dewi kemakmuran (Ibid, 223). Dewi Lakshmi di Indonesia dikenal dengan sebutan Dewi Shri. Khususnya bagi petani dikenal sebagai Dewi padi.
Oleh karena demikian agungnya symbol swastika ini, sadar atau tidak telah digunakan oleh dunia sebagai symbol Palang Merah Internasional. Hanya saja diperjelas dengan warna merah.
Secara sederhana makna merah dapat diartikan sebagai keadaan darurat dan berbahaya. Merah merupakan warna darah yang ada didalam tubuh (bhuana alit) dan api yang ada di Bhumi sebagai Dewa Agni dan symbol Matahari yang ada di alam semesta (bhuana agung) sebagai symbol Dewa Surya.
Dari uraian tersebut diatas, sangatlah tepat apabila Palang Merah digunakan sebagai symbol kemanusian terutama dalam bidang kerelawanan. Akankah Badan Legislatif di Indonesia bersikukuh mengganti lambang Palang Merah (Red Cross) menjadi Bulan Sabit Merah (Red Crescent). Yang notabene berkaitan dengan simbol agama tertentu di Indonesia?. Apabila hal itu terjadi bukanlah masalah apabila diganti menjadi Bulan Sabit Merah, sebab lambang bulan sabit merupakan symbol Tuhan dalam mnifestasinya Siwa (Mahadewa) bagi umat Hindu.
Daftar Pustaka:
Prem P. Bhalla, Hindu Rites, Costums and Traditions. Alih Bahasa Diah Sri Pandewi , 2010. Tata Cara, Ritual dan Tradisi Hindu. Paramita Surabaya.
Parisada Hindu Dharma Pusat, 1978 . UPADESA , Tentang Ajaran-Ajaran Hindu. Parisada Hindu Dharma.
Lambang-Lambang Aksara Modre , http://www.babadbali.com/aksarabali/books/cck/cc2251modre.htm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H