Mohon tunggu...
Kao Hu
Kao Hu Mohon Tunggu... -

for the better world

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyikapi Pencari Kerja dari Tiongkok: Perlu Kebijakan Menaker yang Tegas

6 Mei 2016   08:25 Diperbarui: 6 Mei 2016   08:27 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi Tiongkok yang turun drastis beberapa tahun ini telah membawa dampak pada meningkatnya pengangguran di sana. Pabrik-pabrik mengalami penurunan permintaan dari industri dalam dan luar negeri, menyebabkan mereka harus melakukan perubahan besar-besaran. Karyawan yang hampir memasuki batas usia pensiun boleh memilih bekerja terus atau pensiun dini. Karyawan trampil yang lebih muda dipekerjakan hanya 2-3 hari dalam seminggu, karyawan yang kurang trampil terpaksa diPHK.

Pabrik Baja Jinan yang terletak di Provinsi Shandong, Tiongkok sebelah timur, adalah salah satu pabrik baja milik negara yang mengalami penurunan produksi. Jigang, demikian sebutan populernya, pernah mempekerjakan 12 juta ton baja pada tahun 2007, saat pemerintah menggenjot produksi baja untuk mendukung kebutuhan industri nasional. Namun kemudian produksinya menurun terus hingga hanya 6 juta ton tahun lalu. Sejak 2012, Jigang mengalami kerugian sebesar 616 juta dolar AS. Penurunan pendapatan berdampak pada pengangguran. Jigang akan memPHK 10.000 pekerjanya pada akhir 2016 ini. Secara nasional, ada 500.000 pekerja pabrik baja yang akan menganggur. Angka yang luar biasa banyak.

Para pekerja mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menghadapi kenyataan harus menganggur. Sebagian mencari pekerjaan di pabrik baja milik swasta yang tidak terkena penurunan produksi, sebagian berganti profesi menjadi karyawan apa saja di perusahaan lain, sebagian ingin bekerja di negara lain karena merasa mempunyai kemampuan yang diperlukan.

Indonesia tentu menjadi salah satu negara tujuan para pencari kerja kelompok terakhir itu, sebagaimana telah terjadi selama beberapa tahun terakhir ini. Maka bagaimana kita harus menyikapi kedatangan mereka yang akan semakin banyak, sementara banyak penganggur juga di sini yang perlu mendapat pekerjaan?

Para pencari kerja itu mempunyai keahlian yang berbeda-beda. Untuk tenaga kerja yang ahli  tentunya perlu diterima. Untuk itu perlu ada data tentang kebutuhan tenaga kerja trampil menurut jenis usaha. Para pekerja trampil itu mungkin mempunyai ketrampilan yang kita butuhkan, yang dapat membantu meningkatkan produktivitas industri kita. Mereka bisa membuat barang-barang yang selama ini diimpor dari Tiongkok. Kemudian untuk tenaga kerja yang tidak trampil tentunya harus ditolak. Untuk itu perlu pengawasan yang ketat jangan sampai mereka masuk diam-diam dan tahu-tahu sudah menjadi pekerja di berbagai pabrik di sini.

Bagaimana sikap Pemerintah terhadap pencari kerja dari Tiongkok ini? Selama ini belum terdengar ada pengakuan secara terbuka mengenai banyaknya pekerja Tiongkok yang bekerja di Indonesia. Yang ada adalah penjelasan bahwa ada sejumlah pekerja Tiongkok yang dikontrak hanya pada saat suatu proyek sedang didirikan, setelah itu mereka akan kembali ke negaranya. Namun informasi seperti ini sudah tidak bisa diterima lagi. Pemerintah harus mengakui, mendata dan menentukan kebijakan secara jelas. Pemilik perusahaan harus diwajibkan melaporkan banyaknya pekerja asing yang dipekerjakan. Kemudian pemulangan pekerja asing harus dilakukan jika tidak ada ada alasan untuk mempekerjakan mereka. Semua itu perlu dilakukan secara tegas namun manusiawi. Perlu diingat bahwa kita juga mempunyai TKI yang bekerja di negara lain untuk mencari penghasilan karena sempitnya lapangan kerja di negara sendiri.

Yang menjadi pertanyaan adalah siapkah pemerintah dan masyarakat menghadapi gelombang pencari kerja dari utara itu? Mudah-mudahan Menteri Tenaga Kerja dan pihak-pihak terkait segera mengambil langkah-langkah yang tepat sebelum segala sesuatunya menjadi besar dan tidak terkontrol.

--o0o--

Pekerja Tiongkok (popularresistance.org)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun